Ada beberapa penyakit yang mempengaruhi tubuh secara keseluruhan, yang dapat memicu timbulnya PGK, antara lain:
1. DiabetesBila
mengalami diabetes berarti tubuh tidak bisa optimal dalam hal merubah
makanan menjadi energi yang dibutuhkan sehingga kadar gula darah dapat
meningkat. Kondisi gula darah yang meningkat berkepanjangan dapat
merusak pembuluh darah dan ginjal.
Bila sudah meningkat, dapat menimbulkan gejala-gejala seperti:
- rasa haus meningkat
- penglihatan kabur
- sering berkemih
- berat badan menurun tanpa alasan yang jelas
- luka yang lama sembuh
- merasa lapar
- lemah
2. Tekanan darah tinggi (hipertensi)Tekanan
darah merupakan tekanan yang ditimbulkan oleh darah yang mengalir dalam
pembuluh darah arteri. Tekanan yang tinggi ini bila berlangsung terus
menerus dapat merusak atau mengganggu pembuluh-pembuluh darah kecil
dalam ginjal yang lama kelamaan dapat mengganggu kemampuan ginjal untuk
menyaring darah.
Pada
umumnya, bagi orang dewasa atau berusia 18 tahun ke atas, tekanan darah
140/90 mm Hg atau lebih, dapat dikatakan sebagai keadaan hipertensi.
Sedangkan bagi Anda penderita diabetes dan penyakit ginjal kronik,
tekanan darah 130/80 mmHg atau lebih sudah dikatakan sebagai hipertensi.
Dengan
mengontrol tekanan darah akan membantu memperlambat kerusakan ginjal.
Untuk mengatasi masalah hipertensi, konsultasikan dengan dokter Anda.
3. Batu ginjalBatu
yang terbentuk di ginjal terjadi akibat adanya proses presipitasi
(kristalisasi bahan-bahan yang terlarut) yang terkandung di dalam urin.
Biasanya batu ini dapat berpindah ke melalui ureter (saluran yang
mengalirkan urin dari ginjal ke kandung kemih) dan dikeluarkan lewat
urin bila berukuran kecil.
Namun
kadangkala, batu yang berukuran terlalu besar tidak bisa keluar begitu
saja lewat urin. Bila hal ini terjadi maka menimbulkan rasa sakit dan
mungkin dapat menimbulkan obstruksi (sumbatan) akibat terhambatnya
aliran urin keluar.
Batu
ginjal dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, diet
tertentu, obat-obatan dan kondisi-kondisi tertentu akibat meningginya
zat-zat lain dalam urin, misalnya asam urat.
Gejala batu ginjal, antara lain:
- rasa sakit pada bagian belakang atau sisi tubuh
- darah dalam urin
- muntah
- demam
- sering berkemih atau ingin berkemih
- rasa nyeri saat berkemih
Keluar
tidaknya batu ginjal dengan sendirinya tergantung pada lokasi, besar,
bentuk dan komposisi. Ukuran batu yang kecil dengan bentuk licin atau
bulat dapat keluar dengan sendirinya. Namun bila bentuknya
bermacam-macam, misalnya dengan tepi yang tajam atau ukuran yang terlalu
besar yang memenuhi seluruh bagian ginjal, tentu memerlukan terapi
tertentu guna mengeluarkannya.
Bila
batu ginjal berpindah ke bagian pelvis ginjal, dapat menyumbat aliran
urin dan ginjal pun dapat membengkak, sehingga dapat mengganggu kerja
ginjal.
Penyakit Ginjal Akut
Gangguan fungsi
ginjal bisa berlangsung secara tiba-tiba (akut), biasanya disebut
sebagai penyakit ginjal akut (PGA). Kondisi ini dapat diakibatkan oleh
berbagai hal, antara lain:
- operasi pembedahan yang rumit atau cedera hebat
- sumbatan pada pembuluh darah yang menuju ginjal
- sumbatan pada saluran kemih akibat batu, tumor, bekuan darah
- penyakit ginjal, seperti glomerulonefritis akut
Penyakit Ginjal Kronik
Penyakit ginjal
kronik (PGK), biasanya timbul secara perlahan dan sifatnya menahun,
dengan sedikit gejala pada awalnya. Kadang Anda tidak merasakan gejala
hingga fungsi ginjal yang sudah menurun sekitar 25 % dari ginjal normal.
Gaya Hidup Ramah PGK
Dengan
gaya hidup yang tepat, ginjal dapat dipelihara agar tetap sehat.
Berbagai gaya hidup yang perlu diperhatikan penderita PGK di antaranya
adalah:
Pengaturan makanan dan minuman (diet)
Makanan dan
minuman penting bagi setiap orang, tapi lebih penting lagi pada
penderita PGK. Mengapa? Saat ginjal mengalami gangguan/kerusakan,
zat-zat sisa metabolisme dan cairan yang berlebihan dan tidak diperlukan
akan terganggu pembuangannya sehingga menumpuk di dalam darah.
Tergantung dari berat ringannya penyakit, penumpukan ini dapat
menimbulkan berbagai keluhan yang mengganggu mulai dari mual, muntah,
pembengkakan (edema) dan sebagainya. Dengan membatasi dan mengatur
jumlah dan jenis makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh, zat-zat
sisa dan cairan akan lebih sedikit menumpuk dalam darah sehingga keluhan
berkurang dan tubuh lebih nyaman.
A. Mengurangi asupan protein (khusus bagi penderita PGK yang tidak menjalani dialisis secara rutin).
• Mengapa?
Tubuh kita
membutuhkan protein dalam jumlah yang cukup. Protein berguna antara lain
untuk membangun tubuh dan memperbaiki jaringan (misalnya otot-otot)
yang mengalami kerusakan. Penggunaan protein dalam tubuh menghasilkan
zat sisa berupa zat urea, yang biasanya akan dibuang keluar dari tubuh
oleh ginjal yang sehat. Namun, ginjal yang mengalami gangguan akan
mengalami kesulitan membuang zat urea dari dalam tubuh. Sebagai
akibatnya, terjadi penumpukan urea dalam darah, menimbulkan apa yang
disebut peningkatan Blood Urea Nitrogen atau BUN. Salah satu cara
mencegahnya adalah dengan mengurangi asupan protein.
Meskipun perlu
dibatasi, namun penderita PGK tetap membutuhkan asupan protein agar
tubuh dapat berfungsi dengan baik. Karena itu, pembatasan
asupan protein tidak sekedar hanya 'mengurangi' saja melainkan perlu diatur oleh dokter/ahli gizi yang kompeten.
Secara umum,
pengaturan asupan protein dilakukan berdasarkan kadar GFR penderita PGK
yang bersangkutan, dengan mengikuti contoh sebagai berikut:
Pembatasan asupan protein pada PGK1
|
GFR (mL/menit)
|
Asupan protein (g/kg BB/hari)
|
>60
| Pembatasan protein tidak dianjurkan |
25-60
| 0.6 - 0.8 g/kg BB/hr, termasuk > 0.35 g/kg BB/hr protein dengan nilai biologis tinggi. |
5-25
| 0.6
- 0.8 g/kg BB/hr, termasuk > 0.35 g/kg BB/hari protein dengan nilai
biologis tinggi atau tambahan 0.3 g asam amino esensial atau asam keton. |
<60 (Sindrom Nefrotik)
| 0.8 g/kg BB/hr (ditambah dengan 1g protein/g proteinuria atau 0.3 g/kg BB tambahan asam amino esensial atau asam keton) |
Referensi:
1. Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam: Sudoyo AWdkk. Buku ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta Juni 2006.
• Tips mengatur asupan protein
Tubuh penderita
PGK lebih sanggup menggunakan jenis protein dengan nilai biologis yang
tinggi. Oleh karena itu, dalam memilih jenis protein yang dikonsumsi,
dianjurkan untuk mengikutsertakan protein dengan nilai biologis tinggi
tersebut, seperti ayam, ikan, daging tanpa lemak, susu dan keju.
B. Mengurangi asupan garam
• Mengapa?
Garam (natrium)
bersifat menahan air. Jika Anda mengurangi asupan garam, cairan dalam
tubuh juga tidak terlalu banyak menumpuk, pembengkakan tangan dan kaki
yang sering terjadi manakala cairan tubuh berlebihan juga akan
berkurang, dan kerja jantung serta paru-paru juga menjadi lebih ringan
sehingga mengurangi keluhan sesak dan sulit bernapas. Selain itu, jika
Anda mengurangi garam, rasa haus juga akan berkurang sehingga otomatis
tidak terlalu banyak minum air.
• Tips mengurangi asupan garam
1. Cek
label makanan di supermarket jika akan membeli makanan. Pilih makanan
yang tidak terlalu banyak mengandung natrium/sodium (sebaiknya kurang
dari 400 mg natrium per saji).
2. Perbanyak konsumsi makanan yang segar dari alam seperti sayur atau buah. Hindari makanan kaleng atau makanan instan.
Gunakan gelas berukuran kecil agar Anda tidak minum terlalu banyak.
3. Kurangi garam dalam makanan yang akan dikonsumsi.
Gunakan bumbu
lain seperti bawang, jeruk nipis, kayu manis, dan lain sebagainya untuk
memberi rasa masakan agar tidak terlalu tawar.
4. Jika menggunakan pengganti garam, pilihlah yang tidak mengandung kalium.
|
|
|
C. Mengurangi asupan air/cairan
• Mengapa?
Ginjal yang
sehat dan berfungsi normal akan mengatur keseimbangan cairan dalam
tubuh, termasuk jumlah cairan yang dibuang melalui air kencing. Jika
ginjal rusak/terganggu, pengaturan ini akan terganggu. Karena itu,
cairan perlu diatur, dan jika perlu dikurangi (sesuai anjuran dokter).
• Tips mengurangi asupan air/cairan
1. Isap-isap potongan jeruk lemon, permen asam atau permen karet untuk membasahi mulut agar tidak terlalu kering/haus.
2. Minumlah hanya jika benar-benar haus saja.
3. Kurangi makanan yang terlalu asin agar tidak mudah haus.
4. Jangan terlalu banyak mengonsumsi biskuit atau kraker atau camilan yang terlalu asin.
5. Jika
Anda penderita diabetes, Anda juga perlu mengontrol kadar gula darah
agar tidak terlalu tinggi. Kadar gula darah tinggi juga membuat Anda
lebih mudah haus.
D. Mengurangi asupan kalium
• Mengapa?
Kalium adalah
sejenis mineral yang dibutuhkan tubuh dan bisa kita peroleh dari
makanan. Seperti halnya garam natrium dan air, kalium juga diatur
kadarnya dalam tubuh oleh ginjal. Karena itu, ginjal yang rusak dapat
berakibat kadar kalium dalam darah meningkat, sehingga pembatasan kalium
dari makanan mungkin diperlukan agar kadar kalium tidak berlebihan.
Kadar kalium yang berlebihan dapat menimbulkan masalah seperti gangguan
irama jantung yang dapat berakibat fatal.
• Tips mengurangi asupan kalium
1. Baca
label makanan untuk mengetahui jumlah kalium yang terkandung, dan
batasi konsumsi makanan yang mengandung kalium dalam jumlah tinggi
(misalnya bayam, tomat, kentang, pisang, kacang yang dikeringkan, dan
jeruk).
2. Merebus
makanan bertepung seperti kentang dengan air tawar yang banyak dapat
mengurangi jumlah kalium yang terkandung di dalamnya. Jangan lupa
tiriskan dan buang air rebusan sebelum dihidangkan.
E. Mengurangi asupan fosfat
• Mengapa?
Produk susu
(susu, keju, dan yogurt), kacang-kacangan kering, dan coklat, mengandung
fosfat dalam jumlah banyak. Konsumsi makanan tersebut dapat
meningkatkan kadar fosfat dalam darah. Jika kelebihan ini tidak dapat
dibuang sepenuhnya oleh ginjal, dapat berefek memperlemah tulang-tulang
di dalam tubuh.
• Tips mengurangi asupan fosfat
Dokter mungkin
meresepkan obat pengikat fosfat untuk membantu tubuh mengurangi kadar
fosfat yang berlebihan. Obat ini sebaiknya dikonsumsi bersama makanan
untuk mencegah diserapnya fosfat ke dalam peredaran darah, sehingga
kadar fosfat tidak meningkat.
Namun,
kebutuhan nutrisi dan cairan setiap orang tidak selalu sama. Karena itu,
selalu konsultasikan pada dokter atau ahli gizi untuk mengetahui
pengaturan gizi yang tepat bagi Anda.
Anda mungkin
sudah diberitahu oleh dokter mengenai jumlah kebutuhan minum harian
Anda. Bawalah tempat air yang berisi air dalam jumlah sesuai yang Anda
butuhkan untuk hari itu, dan minumlah hanya dari tempat air itu saja,
sehingga Anda dapat mengontrol jumlah air yang diminum dan tidak minum
berlebihan.
|
Terapi untuk penyakit ginjal kronik
Kendati
penyakit ginjal kronik (PGK) tidak dapat disembuhkan, tetapi kita masih
dapat mempertahankan agar tetap berfungsi seoptimal mungkin. Caranya
yaitu melalui terapi dengan obat-obatan, dialisis (cuci darah),
transplantasi (cangkok) ginjal, dan modifikasi gaya hidup.
PERANAN OBAT DALAM TERAPI PENYAKIT GINJAL KRONIK
Obat-obatan
bermanfaat untuk mengatasi gejala-gejala dan komplikasi PGK serta
membantu memperlambat proses kerusakan fungsi ginjal.
1. Diuretik
Diuretik (obat
untuk meningkatkan pengeluaran urin) membantu pengeluaran kelebihan
cairan dan elektrolit dari tubuh, serta bermanfaat membantu menurunkan
tekanan darah.
2. Obat Antihipertensi
Sebagian besar
penderita PGK mengalami tekanan darah tinggi. Oleh karena itu,
diperlukan obat antihipertensi untuk mempertahankan agar tekanan darah
tetap dalam batas normal dan dengan demikian akan memperlambat proses
kerusakan ginjal yang diakibatkan oleh tingginya tekanan darah.
3. Eritropoietin (Epo)
Salah satu
fungsi ginjal yaitu menghasilkan hormon eritropoietin (Epo). Hormon ini
bekerja merangsang sumsum tulang untuk memproduksi sel-sel darah merah.
PGK menyebabkan produksi hormon Epo mengalami penurunan sehingga
menimbulkan anemia. Oleh karena itu, Epo perlu digunakan untuk mengatasi
anemia yang diakibatkan oleh PGK. Epo biasanya diberikan dengan cara
injeksi 1-2 kali/minggu.
4. Zat besi
Zat besi (Ferrous Sulphate)
seringkali bermanfaat untuk membantu mengatasi anemia yang diakibatkan
kekurangan Fe pada pasien dengan PGK. Suplemen zat besi diberikan dalam
bentuk tablet (ditelan) atau injeksi (disuntik).
5. Suplemen Kalsium & Kalsitriol
Pada PGK, kadar
kalsium dalam darah menjadi rendah, sebaliknya kadar fosfat dalam darah
menjadi terlalu tinggi. Untuk mengatasi ketidakseimbangan mineral ini,
diperlukan kombinasi obat/suplemen yaitu kalsitriol (vitamin D bentuk
aktif) dan kalsium.
|
Terapi pengganti ginjal
Apabila
fungsi ginjal sudah sangat menurun (lebih dari 90 persen) sehingga
tidak lagi mampu untuk menjaga kelangsungan hidup individu, maka perlu
dilakukan Terapi Pengganti Ginjal, yaitu Dialisis dan Transplantasi
Ginjal.
DIALISIS
Dialisis adalah
metode terapi yang bertujuan untuk menggantikan fungsi/kerja ginjal,
yaitu membuang zat-zat sisa dan kelebihan cairan dari tubuh. Ada 2 jenis
dialisis:
|
|
*Hemodialisis (cuci darah dengan mesin dialiser)
*Dialisis Peritoneal (cuci darah melalui perut)
• Hemodialisis
Hemodialisis (HD) adalah dialisis dengan menggunakan mesin dialiser yang berfungsi sebagai "ginjal buatan".
Pada HD, darah dipompa keluar dari tubuh, masuk ke dalam mesin
dialiser. Di dalam mesin dialiser, darah dibersihkan dari zat-zat racun
melalui proses difusi dan ultrafiltrasi oleh dialisat (suatu
cairan khusus untuk dialisis), lalu dialirkan kembali ke dalam tubuh.
Proses HD dilakukan 1-3 kali seminggu di rumah sakit dan setiap kalinya
membutuhkan waktu sekitar 2-4 jam.
Pembuatan "Akses" untuk HD
Agar prosedur hemodialisis dapat berlangsung, sebelumnya perlu dibuatkanakses untuk keluar dan masuknya darah dari tubuh. Akses untuk hemodialisis dapat bersifat temporer (sementara) atau permanen.
Akses temporer yaitu berupa kateter yang dipasang pada pembuluh darah balik (vena) di daerah leher.
|
|
Tips perawatan akses temporer (kateter):
- Cuci tangan sesering mungkin
- Jangan menyentuh kateter
- Jangan biarkan kateter tergesek atau terdorong oleh benda apapun, termasuk baju yang sedang Anda kenakan
- Jaga agar kateter senantiasa kering
|
|
Akses permanen biasanya
dibuat dengan menghubungkan salah satu pembuluh darah balik (vena)
dengan pembuluh nadi (arteri) pada lengan bawah. Akses model Fistula ini
populer dengan nama Cimino. |
|
Jika
Anda meletakkan jari di bagian Cimino, Anda akan merasakan getaran yang
ditimbulkan oleh aliran darah pada Cimino. Getaran ini perlu diperiksa
secara berkala untuk memastikan bahwa aliran darah pada Cimino tetap
lancar. | |
Tips perawatan Cimino:
- Jangan mengenakan pakaian ketat atau perhiasan di sekitar daerah Cimono
- Jangan mengukur tekanan darah, mengambil darah, atau melakukan infus pada lengan yang terpasang Cimino.
- Cuci tangan sesering mungkin dan jaga agar daerah Cimino dan sekitarnya senantiasa bersih
|
|
|
Bagaimana cara kerja mesin dialiser ?
|
|
Keuntungan HD:
1. Tidak usah menyiapkan peralatan HD sendiri.
2. Kondisi pasien lebih terpantau karena prosedur HD dilakukan di rumah sakit oleh tenaga kesehatan terlatih.
3. Jumlah protein yang hilang selama pada proses HD lebih sedikit.1
Kerugian HD:
1. Fungsi ginjal yang tersisa cepat menurun.
2. Pembatasan asupan cairan dan diet lebih ketat.
3. Kadar hemoglobin lebih rendah, sehingga kebutuhan akan eritropoietin lebih tinggi.
*Dialisis Peritoneal
Dialisis
Peritoneal adalah metode cuci darah dengan bantuan membran peritoneum
(selaput rongga perut). Jadi, darah tidak perlu dikeluarkan dari tubuh
untuk dibersihkan dan disaring oleh mesin dialisis.
Dialisis Peritoneal terdiri atas 2 jenis:
1. Automated Peritoneal Dialysis (APD) = Dialisis Peritoneal Otomatis. Metode
APD dapat dilakukan di rumah, pada malam hari sewaktu tidur dengan
menggunakan “mesin khusus” yang sudah diprogram terlebih dahulu.
|
|
2. Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) = Dialisis Peritoneal Mandiri Berkesinambungan. CAPD tidak membutuhkan mesin khusus seperti pada APD. |
Pemasangan Kateter untuk Dialisis Peritoneal
Sebelum
melakukan Dialisis peritoneal, perlu dibuat akses sebagai tempat keluar
masuknya cairan dialisat (cairan khusus untuk dialisis) dari dan ke
dalam rongga perut (peritoneum). Akses ini berupa kateter yang “ditanam”
di dalam rongga perut dengan pembedahan. Posisi kateter yaitu sedikit
di bawah pusar. Lokasi dimana sebagian kateter muncul dari dalam perut
disebut “exit site”.
|
|
Tips perawatan kateter dan Exit Site:
- Mandi setiap hari untuk menjaga kebersihan kulit, khususnya di sekitarexit site. Jangan mandi berendam.
- Ganti pakaian dalam maupun pakaian luar setiap hari
- Jangan gunakan bahan kimia, misalnya alkohol dan bahan yang mengandung klorida untuk membersihkan exit site atau kateter. Anda hanya boleh menggunakan sabun dan air untuk membersihkan exit sitedan keteter
- Jangan gunakan krim, salep, atau bedak tabur di sekitar exit site
- Jaga posisi
keteter krim agar tetap berada pada tempatnya (tidak tertarik,
tertekuk, terputar, atau tersangkut) dengan menempelkannya pada kulit
dengan bantuan plester.
|
|
Bagaimana cara kerja Dialisis Peritoneal (CAPD)?
Dialisis
Peritoneal diawali dengan memasukkan cairan dialisat (cairan khusus
untuk dialisis) ke dalam rongga perut melalui selang kateter, lalu
dibiarkan selama 4-6 jam. Ketika dialisat berada di dalam rongga perut,
zat-zat racun dari dalam darah akan dibersihkan dan kelebihan cairan
tubuh akan ditarik ke dalam cairan dialisat.
|
|
Zat-zat
racun yang terlarut di dalam darah akan pindah ke dalam cairan dialisat
melalui selaput rongga perut (membran peritoneum) yang berfungsi
sebagai “alat penyaring”, proses perpindahan ini disebut Difusi.
|
|
Cairan
dialisat mengandung dekstrosa (gula) yang memiliki kemampuan untuk
menarik kelebihan air, proses penarikan air ke dalam cairan dialisat ini
disebut Ultrafiltrasi.
|
Proses Penggantian Cairan Dialisis
Proses ini tidak menimbulkan rasa sakit dan hanya membutuhkan waktu singkat (± 30 menit). Terdiri dari 3 langkah:
|
Langkah ke-1.Pengeluaran cairan
Cairan dialisat
yang sudah mengandung zat-zat racun dan kelebihan air akan dikeluarkan
dari rongga perut dan diganti dengan cairan dialisis yang baru. Proses
pengeluaran cairan ini berlangsung sekitar 20 menit.
| |
Langkah ke-2.Memasukkan cairan
Cairan dialisat dialirkan ke dalam rongga perut melalui kateter.
Proses ini hanya berlangsung selama 10 menit.
| |
Langkah ke-3.Waktu tinggal
Sesudah dimasukkan, cairan dialisat dibiarkan ke dalam rongga perut selama 4-6 jam, tergantung dari anjuran dokter.
| |
|
Proses penggantian cairan di atas umumnya diulang setiap 4 atau 6 jam (4 kali sehari), 7 hari dalam seminggu.
Keuntungan Dialisis Peritoneal:
1. Fungsi ginjal yang masih tersisa dapat dipertahankan.
2. Dapat dilakukan sendiri di rumah atau di tempat kerja.
3. Tidak tergantung pada bantuan orang lain.
4. Tekanan darah pasien lebih terkendali.
5. Kebutuhan akan suplemen zat besi dan eritropoietin (EPO) jauh lebih sedikit.
6. Lebih bebas mengonsumsi berbagai jenis makanan dan minuman.
7. Kadar kalium darah lebih terkontrol.
Kerugian Dialisis Peritoneal:
1. Risiko terjadinya peritonitis (infeksi peritoneum).
2. Lebih banyak protein yang hilang dari tubuh selama berlangsungnya proses dialisis peritoneal.
Referensi:
1. Iqbal et
al. Outcome of Peritoneal Dialysis and Hemodialysis in Elderly Patients
with Diabetes: Early Experience from Bangladesh. Advances in Peritoneal Dialysis 2005;21:85-9.
|
|
|
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar