BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mata
adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat khusus dan kompleks,
menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Mata dapat terkena berbagai
kondisi diataranya bersifat primer sedang yang lain bersifat sekunder akibat
kelainan pada system organ tubuh lain. Kebanyakan kondisi tersebut dapat
dicegah bila terdeteksi awal, dapat dikontrol dan penglihatan dapat
dipertahankan.
Infeksi
adalah invasi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh, local akibat
kompetisi metabolism, toksin, replikasi intraseluler/respon antigen antibody.
Inflamasi dan infeksi dapat terjadi pada beberapa struktur mata dan terhitung
lebih dari setengah kelainan mata. Kelainan-kelainan umum yang terjadi pada
mata orang dewasa meliputi :
1. Radang/inflamasi pada kelopak mata, konjungtiva, kornea,
koroid, badan ciriary dan iris.
2. Katarak, kekeruhan lensa.
3. Glaucoma, peningkatan tekanan dalam bola mata (IOP).
4. Retina robek/lepas.
Tetapi
sebagian orang mengira penyakit radang mata/mata merah hanya penyakit biasa
cukup diberi tetes mata biasa sudah cukup. Padahal bila penyakit radang mata
tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan
pada mata dan menimbulkan komplikasi seperti glaucoma, katarak, maupun ablasi
retina.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas maka penulis dapat membuat rumusan masalah yaitu sebagai
berikut :
1. Apa Pengertian dari
Konjungtivitis?
2. Apa Etiologi dari
Konjungtivitis?
3. Bagaimanakah
patofisiologis pada Konjungtivitis?
4. Apa saja
manifestasi klinis dari Konjungtivitis?
5. Apa saja
klasifikiasi dari Konjungtivitis?
6. Apakah pemeriksaan
penunjang dari Konjungtivitis?
7. Bagaimna
penatalaksanaanya?
8. Bagaimana komplikai
Konjungtivitis?
9. Bagaimanakah Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan Konjungtivitis?
1.3 Tujuan
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah sebagai
pemenuhan tugas Sistem Persepsi Sensori yang berjudul ”Konjungtivitis”. Tujuan
umum penyusunan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan kita tentang
penyakit Konjungtivitis. Sehingga diharapkan kita semua terhindar dari hal
tersebut dan tidak melakukan hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya
Konjungtivitis.
1.4 Sistematika
Penulisan
Penulisan
makalah ini di awali dengan kata pengantar, daftar isi, BAB I pendahuluan
yang berisi latar belakang, tujuan penulisan, rumusan masalah, sistematika
penulisan, BAB II pembahasan tentang konjungtivitis yang berisi tentang
definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, klasifikasi, pemeriksaan
penunjang, penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan dari Konjungtivitis, BAB III
penutup yang berisi kesimpulan, saran, dan di akhiri dengan daftar pustaka.
BABA
II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Konjungtivitis
adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Pada
konjungtivitis mata tampak merah, sehingga sering disebut mata merah. (Suzzane,
2001:1991)
Konjungtivitis
adalah peradangan pada konjungtiva atau mata merah atau pink eye. (Elizabeth,
Corwin: 2001)
Konjungtivitis
merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan dalam
kelopak mata) yang disebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri, jamur),
alergi, dan iritasi bahan-bahan kimia. (Mansjoer, Arif dkk: 2001)
2.2 Etiologi
Konjungtivitis
dapat disebabkan oleh berbagai hal dan dapat bersifat infeksius seperti :
- Bakteri
- Klamidia
- Virus
- Jamur
- Parasit (oleh bahan iritatif => kimia, suhu, radiasi)
maupun imunologi (pada reaksi alergi).
Kebanyakan
konjungtivitis bersifat bilateral. Bila hanya unilateral, penyebabnya adalah
toksik atau kimia. Organism penyebab tersering adalah stafilokokus,
streptokokus, pneumokokus, dan hemofilius. Adanya infeksi atau virus. Juga
dapat disebabkan oleh butir-butir debu dan serbuk sari, kontak langsung dengan
kosmetika yang mengandung klorin, atau benda asing yang masuk kedalam mata.
2.3 Patofisiologi
Konjungtiva
selalu berhubungan dengan dunia luar sehingga kemungkinan terinfeksi dengan
mikroorganisme sangat besar. Apabila ada mikroorganisme yang dapat menembus
pertahanan konjungtiva berupa tear film yang juga berfungsi untuk mmelarutkan
kotoran-kotoran dan bahan-bahan toksik melalui meatus nasi inferior maka dapat
terjadi konjungtivitas.
Konjungtivitis
merupakan penyakit mata eksternal yang diderita oleh masyarakat, ada yang
bersifat akut atau kronis. Gejala yang muncul tergantung dari factor penyebab
konjungtivitis dan factor berat ringannya penyakit yang diderita oleh pasien.
Pada konjungtivitis yang akut dan ringan akan sembuh sendiri dalam waktu 2
minggu tanpa pengobatan. Namun ada juga yang berlanjut menjadi kronis, dan bila
tidak mendapat penanganan yang adekuat akan menimbulkan kerusakan pada kornea
mata atau komplikasi lain yang sifatnya local atau sistemik.
Konjungtiva
karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan factor lingkungan lain
yang mengganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari substansi
luar. Pada film air mata, unsure berairnya mengencerkan materi infeksi, mucus
menangkap debris dan kerja memompa dari pelpebra secara tetap menghanyutkan air
mata ke duktus air mata dan air mata mengandung substansi antimikroba termasul
lisozim. Adanya agen perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang
diikuti edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau
granuloma. Mungkin pula terdapat edema pada stroma konjungtiva (kemosis) dan
hipertrofi lapis limfoid stroma (pembentukan folikel). Sel-sel radang
bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel kepermukaan. Sel-sel kemudian
bergabung dengan fibrin dan mucus dari sel goblet, embentuk eksudat konjungtiva
yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur.
Adanya
peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh
konjungtiva posterior, menyebabkan hoperemi yang tampak paling nyata pada
forniks dan mengurang kearah limbus. Pada hiperemi konjungtiva ini biasanya
didapatkan pembengkakan dan hipertrofi papilla yang sering disertai sensasi benda
asing dan sensasi tergores, panas, atau gatal. Sensai ini merangsang sekresi
air mata. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang hyperemia dan
menambah jumlah air mata. Jika klien mengeluh sakit pada iris atau badan
siliare berarti kornea terkena.
2.4 Klasifikasi
a. Konjungtivitis
Alergi
Konjungtivitis alergi adalah salah
satu dari penyakit mata eksternal yang paling sering terjadi. Bentuk
konjungtivitis ini mungkin musiman atau musim-musim tertentu saja dan biasanya ada
hubungannya dengan kesensitifan dengan serbuk sari, protein hewani, bulu-bulu,
debu, bahan makanan tertentu, gigitan serangga, obat-obatan. Konjungtivitis
alergi mungkin juga dapat terjadi setelah kontak dengan bahan kimia beracun
seperti hair spray, make up, asap, atau asap rokok. Asthma, gatal-gatal karena
alergi tanaman dan eksim, juga berhubungan dengan alergi konjungtivitis.
b. Konjungtivitis Bakteri
Konjungtivitis bakteri disebut juga
“Pink Eye”. Bentuk ini adalah konjungtivitis yang mudah ditularkan, yang
biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus. Mungkin juga terjadi setelah
sembuh dari haemophylus influenza atau neiseria gonorhe.
c. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
Neisseria gonnorrhoeae dapat
menyebabkan konjungtivitis bakteri hiperakut yang berat dan mengancam
penglihatan.
d. Konjungtivitis Viral
jenis konjungtivitis ini adalah
akibat infeksi human adenovirus (yang paling sering adalah keratokonjungtivitis
epidermika) atau dari penyakit virus sistemik seperti mumps dan mononukleus.
Biasanya disertai dengan pembentukan folikel sehingga disebut juga
konjungtivitis folikularis. Mata yang lain biasanya tertular dalam 24-48 jam.
e. Konjungtivitis Blenore
Konjungtivitis purulen (bernanah
pada bayi dan konjungtivitis gonore). Blenore neonatorum merupakan
konjungtivitis yang terdapat pada bayi yang baru lahir.
2.5 Manifestasi
Klinis
Gejala subjektif meliputi rasa gatal, kasr ( ngeres/tercakar
) atau terasa ada benda asing. Penyebab keluhan ini adalah edema konjungtiva,
terbentuknya hipertrofi papilaris, dan folikel yang mengakibatkan perasaan
adanya benda asing didalam mata. Gejala objektif meliputi hyperemia
konjungtiva, epifora (keluar air mata berlebihan), pseudoptosis (kelopak mata
atas seperti akan menutup), tampak semacam membrane atau pseudomembran akibat
koagulasi fibrin.
Adapun
smanifestasi sesuai klasifikasinya adalah sebagai berikut:
1. Konjungtivitis
Alergi
- Edea berat sampai ringan pada konjungtivitas
- Rasa seperti terbakar
- Injekstion vaskuler pada konjungtivitas
- Air mata sering keluar sendiri
- Gatal-gatal adalah bentuk konjungtivitas yang paling berat
2. Konjungtivitis
Bakteri
- Pelebaran pembuluh darah
- Edema konjungtiva sedang
- Air mata keluar terus
- Adanya secret atau kotoran pada mata
- Kerusakan kecil pada epitel kornea mungkin ditemukan
3. Konjungtivitis
Viral
- Fotofobia
- Rasa seperti ada benda asing didalam mata
- Keluar air mata banyak
- Nyeri prorbital
- Apabila kornea terinfeksi bisa timbul kekeruhan pada kornea
- Kemerahan konjungtiva
- Ditemukan sedikit eksudat
4. Konjungtivitis
Bakteri hiperakut
- Infeksi mata menunjukkan secret purulen yang massif
- Mata merah
- Iritasi
- Nyeri palpasi
- Biasanya terdapat kemosis
- Mata bengkak dan adenopati preaurikuler yang nyeri
5. Konjungtivitis
Blenore
Tanda-tanda blenore adalah sebagai
berikut:
- Ditularkan dari ibu yang menderita penyakit GO
- Menyebabkan penyebab utama oftalmia neinatorm
- Memberikan secret purulen padat secret yang kental
- Terlihat setelah lahir atau masa inkubasi antara 12 jam
hingga 5 hari
- Perdarahan subkonjungtita dan kemotik
2.6 Pemeriksaan
Penunjang
a) Pemeriksaan Mata
· Pemeriksaan tajam penglihatan
· Pemeriksaan dengan uji konfrontasi, kampimeter dan perimeter
(sebagai alat pemeriksaan pandangan).
· Pemeriksaan dengan melakukan uji fluoresein (untuk melihat
adanya efek epitel kornea).
· Pemeriksaan dengan melakukan uji festel (untuk mengetahui
letak adanya kebocoran kornea).
· Pemeriksaan oftalmoskop
· Pemeriksaan dengan slitlamp dan loupe dengan sentolop (untuk
melihat benda menjadi lebih besar disbanding ukuran normalnya).
b) Therapy Medik
· Antibiotic topical, obat tetes steroid untuk alergi (kontra
indikasi pada herpes simplek virus).
c) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan secara langsung dari
kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan
pegecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear. Pada
konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan giemsa akan
didapatkan sel-sel eosinofil.
2.7 Pentalaksanaan
Secara
umum pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan sulfonamide (sulfacetamide
15%) atau antibiotic (gentamycin 0,3%), chloramphenicol 0,5%. Konjungtivitis
akibat alergi dapat diobati dengan antihistamin (antazoline 0,5%, naphazoline
0,05%) atau dengan kortikosteroid (dexamentosone 0,1%). Umumnya konjungtivitis
dapat sembuhmtanpa pengobatan dalam waktu 10-14 hari, dan dengan pengobatan,
sembuh dalam waktu 1-3 hari.
Adapun
penatalaksanaan konjungtivitis sesuai dengan klasifikasinya adalah sebagai
berikut:
1. Konjungtivitis Bakteri
Sebelum terdapat hasil pemeriksaan
mikrobiologi, dapat diberikan antibiotic tunggal, seperti gentamisin,
kloramfenikol, folimiksin selama 3-5 hari. kemudian bila tidak memberikan hasil
yang baik, dihentikan dan menunggu hasil pemeriksaan. Bila tidak ditemukan
kuman dalam sediaan langsung, diberikan tetes mata disertai antibiotic spectrum
obat salep luas tiap jam mata untuk tidur atau salep mata 4-5 kali sehari.
2. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
· Pasien biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit untuk
terapi topical dan sistemik. Secret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air
bersih atau dengan garam fisiologik setiap ¼ jam.
· Kemudian diberi salep penisilin setiap ¼ jam.
Pengobatan biasanya dengan perawatan
di rumah sakit dan terisolasi, medika menstosa :
· Penisilin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan
penisilin G 10.000-20.000/ml setiap 1 menit sampai 30 menit.
· Kemudian salep diberikan setiap 5 menit selama 30 menit.
Disusul pemberiansalep penisilin setiap 1 jam selama 3 hari.
· Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan
gonokokus.
· Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksaan mikroskopik
yang dibuat setiap hari menghasilkan 3 kali berturut-turut negative.
3. Konjungtivitis Alergi
Penatalaksanaan keperawatan berupa
kompres dingin dan menghindarkan penyebab pencetus penyakit. Dokter biasanya
memberikan obat antihistamin atau bahan vasokonstkiktor dan pemberian astringen,
sodium kromolin, steroid topical dosis rendah. Rasa sakit dapat dikurangi
dengan membuang kerak-kerak dikelopak mata dengan mengusap pelan-pelan dengan
salin (gram fisiologi). Pemakaian pelindung seluloid pada mata yang sakit tidak
dianjurkan karena akan memberikan lingkungan yang baik bagi mikroorganisme.
4. Konjungtivitis Viral
Beberapa pasien mengalami perbaikan
gejala setelah pemberian antihistamin/dekongestan topical. Kompres hangat atau
dingin dapat membantu memperbaiki gejala.
5. Penatalaksanaan pada konjungtivitis blenore berupa pemberian
penisilin topical mata dibersihkan dari secret. Pencegahan merupakan cara yang
lebih aman yaitu dengan membersihkan mata bayi segera setelah lahir dengan
memberikan salep kloramfenikol. Pengobatan dokter biasnay disesuaikan dengan
diagnosis. Pengobatan konjungtivitis blenore :
· Penisilin topical tetes atau salep sesering mungkin. Tetes
ini dapat diberikan setiap setengah jam pada 6 jam pertama disusul dengan
setiap jam sampai terlihat tanda-tanda perbaikan.
· Suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/KgBB selama 7 hari,
karena bila tidak maka pemberian obat tidak akan efektif.
· Kadang-kadang perlu diberikan bersama-sama dengan
tetrasiklin infeksi chlamdya yang banyak terjadi.
2.8 Komplikasi
Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati
bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan
menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak
tertangani diantaranya:
1. Glaucoma
2. Katarak
3. Ablasi retina
4. Komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik
merupakan segala penyulit dari blefaritis seperti ekstropin, trikiasis .
5. Komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa
ulkus kornea.
6. Komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan
pseudomembranasea adalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang
tebal di kornea yang dapat mengganggu penglihatan, lama- kelamaan orang bisa
menjadi buta.
7. Komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan
sikratik dapat mengganggu penglihatan.
BAB
III
PEMBAHASAN
KASUS
KASUS PEMICU KONJUNGTIVITIS
Tn. K umur 30 tahun dating ke poli
penyakit mata RS. Raden Mattaher Jambi dengan keluhan sudah 3 hari kelopak
matanya bengakak, mata merah dan gatal-gatal klien mengatakan sudah diberikan
obat tetes mata tapi belum sembuh juga. Klien juga mengatakan rasa malu karena
harus tetap bekerja sementara rekan-rekannya khawatir akan tertular
penyakitnya.
PENGKAJIAN
1. Riwayat keperawatan
a. Riwayat Perjalanan penyakit
[ Keluhan utama klien datang ke RS atau pelayanan kesehatan
[ Apa penyebabnya, kapan terjadinya iritasi atau trauma
[ Bagaimana dirasakan, kelopak matanya bengkak, mata merah dan
gatal-gatal
[ Kehilangan kepercayaan diri pada klien
b. Riwayat pengobatan sebelumnya
[ Apakan klien pernah mendapatkan pengobatan jenis antibiotic
sistemik atau topikal
[ Berapa lama klien mendapatkan pengobatan tersebut
[ Kapan klien mendapatkan pengobatan terakhir
c. Proses pertolongan pertama yang dilakukan
[ Klien sudah memberian obat tetes mata
[ Klien diberi instruksi untuk tidak menggosok mata yang sakit
dan kemudian menyentuh mata yang sehat
2. Pemeriksaan fisik
a. Mengidentifikasi tipe konjungtivitis
b. Penglihatan perifer matanya bengkak, mata merah, dan
gatal-gatal
c. Kenyamanan
[ Klien merasa malu dengan penyakitnya
[ Klien khawatir rekan-rekannya akan tertular oleh penyakitnya
DATA YANG RELEVAN (ANALISA DATA)
NO
|
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
KEPERAAWATAN
|
1
|
DS
:
-
Klien mengeluh sudah 3 hari kelopak matanya bengkak, mata merah dan
gatal-gatal
DO: -
|
Edema dan iritasi konjungtiva
|
Gangguan persepsi sensori
|
2
|
DS
:
-
Klien mengatakan malu dengan penyakitnya
DO: -
|
Adanya perubahan pada kelopak mata
|
Gangguan konsep diri (body image menurun)
|
3
|
DS :
-
Klien khawatir rekan-rekannya akan tertular dengan penyakitnya
DO: -
|
Kurangnya pengetahuan tentang
proses penyakitnya
|
Ansietas
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori b.d edema dan iritasi konjungtiva
d.d klien mengeluh sudah 3 hari mata bengkak, mata merah dan gatal-gatal.
2. Gangguan konsep diri (body image menurun) b.d adanya
perubahan pada kelopak mata d.d klien mengatakan malu dengan penyakitnya.
3. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya
d.d klien khawatir reken-rekannya akan tertular dengan penyakitnya.
NCP (NURSING CARE PLANING)
NO
|
DIAGNOSA
|
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1
|
DIAGNOSA 1
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam:
Gangguan persepsi sensori teratasi
KH:
· Klien tidak mengeluh matanya bengkak, mata tidak merah,
dan tidak gatal-gatal.
|
Mandiri
1. Kompres
tepi palpebra (mata dalam keadaan tertutup) dengan larutan salin selama
kurang lebih 3 menit.
2. Usap
eksudat secara perlahan dengan kapas yang sudah dibasahi salin dan setiap
pengusap hanya dipakai satu kali.
3. Beritahu
klien agar tidak menutup mata yang sakit.
4. Anjurkan
klien menggunakan kacamata gelap.
5. Anjurkan
pada klien wanita dengan konjungtivitis alergi agar menghindari atau
engurangi penggunaan tat arias hingga semua gejala konjungtivitis hilang.
6. Kaji
kemampuan klien menggunakan obat mata dan ajarkan klien cara menggunakan obat
mata dan ajarkan klien cara menggunakan obat tetes mata atau salep mata.
Kolaborasi
7. Kolaborasi
dalam pemberian:
- Antibiotic
- Analgesic
ringan seperti asetaminofen.
- Vasokonstriktor
seperti nafazolin.
|
Mandiri
1. Melepaskan eksudat yang lengket pada tepi palpebra.
2. Membersihkan palpebra dari eksudat tanpa menimbulkan nyeri
dan meminimalkan penyebaran mikroorganisme.
3. Mata yang tertutup merupakan media yang baik bagi
pertumbuhan mikroorganisme.
4. Pada klien fotobia, kacamata gelap dapat menurunkan cahaya
yang masuk pada mata sehingga sensitivitas terhadap cahaya menurun. Pada
konjungtivitis alergi, kacamata dapat mengurangi ekspose terhadap allergen
atau mencegah orotasi lingkungan.
5. Mengurangi ekspose allergen atau iritan.
6. Mengurangi risiko kesalahan penggunaan obat mata.
Kolaborasi
7. Dapat
berguna:
- Mempercepat penyembuhan pada konjungtivitis infeksif dan
mencegah infeksi sekunder pada konjungtivitis viral.
- Engurangi nyeri seperti nyeri perorbital pada
konjungtivitis viral.
- Mengurangi dilatasi pembuluh darah pada konjungtivitis
alergi.
|
2
|
DIAGNOSA 2
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam:
Gangguan konsep diri teratasi.
KH :
· Klien tidak malu lagi dengan penyakitnya.
|
Mandiri
1. Kaji tingkat penerimaan klien.
2. Ajak klien mendiskusikan keadaan atau perasaan yang
dialaminya.
3. Catat jika ada tingkah laku yang menyimpang.
4. Jelaskan perubahan yang terjadi berhubungan dengan
penyakit yang dialami.
5. Berikan kesempatan klien untuk menentukan keputusan
tindakan yang dilakukan.
|
Mandiri
1. Untuk
mengetahui tingkat ansietas yang dialami oleh klien mengenai perubahan dari
dirinya.
2. Membantu
pasien atau orang terdekat untuk memulai menerima perubahan.
3. Kecermatan
akan memberikan pilihan intervensi yang sesuai pada waktu individu menghadapi
rasa duka dalam berbagai cara yang berbeda.
4. Memberikan
penjelasan tentang penyakit yang dialami kepada pasien/orang terdekat
sehingga ansietas dapat berkurang.
5. Menyediakan,
menegaskan kesanggupan dan meningkatkan kepercayaan pada klien.
|
3
|
DIAGNOSA 3
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam: ansietas teratasi.
KH:
· Klien tidak khawatir rekan-rekannya akan tertular
penyakitnya.
|
- Mandiri
1. Kaji tingkat ansietas atau kecemasan.
2. Beri penjelasan tentang proses penyakitnya.
3. Beri dukungan moril berupa doa terhadap pasien.
4. Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan
perasaan.
5. Identifikasi sumber atau orang yang menolong.
|
- Mandiri
1. Bermanfaat dalam penentuan intervensi yang tepat sesuai
dengan kebutuhan klien.
2. Meningkatkan pemahaman klien tentang proses penyakitnya.
3. Memberikan perasaan tenang kepada klien.
4. Memberikan kesempatan untuk pasien menerima situasi yang
nyata, mengklarifikasikan kesalahpahaman dan pemecahan masalah.
5. Memberi penelitian bahwa pasien tidak sendiri dalam
menghadapi masalah.
|
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
NO
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
1
|
Mandiri
1. Mengompres tepi palpebra (mata dalam keadaan tertutup)
dengan larutan salin selama kurang lebih 3 menit.
2. Mengusap eksudat secara perlahan dengan kapas
yang sudah dibasahi salin dan setiap pengusap hanya dipakai satu kali.
3. Memberitahu klien
agar tidak menutup mata yang sakit.
4. Menganjurkan klien menggunakan kacamata gelap.
5. Menganjurkan pada klien wanita dengan konjungtivitis
alergi agar menghindari atau engurangi penggunaan tat arias hingga semua
gejala konjungtivitis hilang.
6. Mengkaji kemampuan klien menggunakan obat mata
dan ajarkan klien cara menggunakan obat mata dan ajarkan klien cara
menggunakan obat tetes mata atau salep mata.
Kolaborasi
7. Kolaborasi dalam pemberian:
- Antibiotic
- Analgesic
ringan seperti asetaminofen.
- Vasokonstriktor
seperti nafazolin.
|
S :
klien tidak mengeluh matanya bengkak, mata tidak merah dan tidak gatal-gatal.
O : -
A :
· Gangguan persepsi sensori teratasi.
P :
· Intervensi dihentikan.
|
2
|
Mandiri
1. Mengkaji tingkat
penerimaan klien.
2. Mengajak klien mendiskusikan keadaan atau perasaan yang
dialaminya.
3. Mencatat jika ada tingkah laku yang menyimpang.
4. Menjelaskan perubahan yang terjadi berhubungan
dengan penyakit yang dialami.
5. Memberikan kesempatan klien untuk menentukan
keputusan tindakan yang dilakukan.
|
S :
Klien mengatakan tidak malu lagi dengan penyakitnya.
O : -
A :
· Gangguan konsep diri teratasi.
P :
· Intervensi dihentikan.
|
3
|
- Mandiri
1. Mengkaji tingkat ansietas atau kecemasan.
2. Member penjelasan tentang proses penyakitnya.
3. Member dukungan moril berupa doa terhadap
pasien.
4. Mendorong pasien untuk mengakui masalah dan
mengekspresikan perasaan.
5. Mengidentifikasi sumber atau orang yang
menolong.
|
S :
klien tidak khawatir lagi rekan-rekannya akan tertular penyakitnya.
O : -
A :
· Risiko Perubahan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
Teratasi.ansietas teratasi.
P : Intervensi
dihentikan.
|
BAB
IV
PENUTUP
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Konjungtivitis
adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Pada
konjungtivitis mata tampak merah, sehingga sering disebut mata merah. (Suzzane,
2001:1991)
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh
berbagai hal dan dapat bersifat infeksius seperti:
- Bakteri
- Klamidia
- Virus
- Jamur
- Parasit (oleh bahan iritatif => kimia, suhu, radiasi)
maupun imunologi (pada reaksi alergi).
Gejala
subjektif meliputi rasa gatal, kasr ( ngeres/tercakar ) atau terasa ada benda
asing. Penyebab keluhan ini adalah edema konjungtiva, terbentuknya hipertrofi
papilaris, dan folikel yang mengakibatkan perasaan adanya benda asing didalam
mata. Gejala objektif meliputi hyperemia konjungtiva, epifora (keluar air mata
berlebihan), pseudoptosis (kelopak mata atas seperti akan menutup), tampak
semacam membrane atau pseudomembran akibat koagulasi fibrin.
1.2 Saran
Penulis
menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar
penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Smeltzer, Suzzane C. 2001. Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Tamsuri, Anas. 2010. Buku
Ajar Klien Gangguan Mata dan Penglihatan. Jakarta : EGC
Ilyas, Sidarta dkk. 2002. Ilmu
Penyakit Mata Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. Jakarta :
CV. Sagung Seto
Capernito-Moyet, Lynda Juall.
2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC .
Marrilyn, Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid
2 Ed. III. Jakarta: Media Aeuscualpius.
http://pary08.wordpress.com/2011/01/03/askep-kojungtivitis/