Senin, 03 Oktober 2011

Penyakit Jantung

Jantung

Jantung adalah sebuah otot yang memompa darah ke seluruh tubuh. Dalam suatu serangan jantung (myocardial infarction), bagian dari otot jantung mati sewaktu tidak mendapatkan darah. Untuk tetap sehat, jantung membutuhkan oksigen dan zat-zat gizi lain yang dibawa oleh darah. Ini didapatkan melalui arteria (pembuluh darah) koroner, yang membungkus bagian luar jantung.

Penyakit Jantung

Serangan JantungPenyakit-penyakit dapat mempengaruhi bagian mana pun dari jantung. Tetapi, penyakit yang paling umum adalah penyakit kronis pada arteria koroner yang disebut aterosklerosis. Karena itu, sakit jantung yang umum dikenal dan paling banyak diderita adalah penyakit jantung koroner atau penyakit arteria koroner. Penyakit ini paling sering menyebabkan serangan jantung pada seseorang yang bisa menyebabkan kematian. Penyebabnya adalah penyempitan pada pembuluh darah koroner, dimana pembuluh ini berfungsi untuk menyediakan darah ke otot jantung. Penyempitan disebabkan oleh tumpukan kolesterol atau protein lain yang berasal dari makanan yang masuk dalam tubuh. Penumpukan ini juga menyebabkan pembuluh darah koroner menjadi kaku. Kekakuan ini disebut sebagai aterosklerosis.
Aterosklerosis terjadi jika terjadi penumpukan plak atau timbunan lemak pada dinding-dinding arteri. Selang beberapa waktu, plak dapat menumpuk, mengeras dan mempersempit arteri, dan menghambat aliran darah ke jantung. Penyakit arteria koroner atau coronary artery disease (CAD) inilah yang pada dasarnya menuntun kepada sebagian besar serangan jantung.
Penyumbatan dalam satu arteri koroner atau lebih dapat menimbulkan serangan jantung secara tiba-tiba. Penyebabnya karena jantung meminta oksigen melebihi yang tersedia sehingga memicu serangan jantung. Mengapa? Apabila otot jantung tidak menerima oksigen untuk waktu yang cukup lama, jaringan di sekitarnya dapat rusak. Tidak seperti jaringan yang lain, otot jantung tidak mengalami regenerasi. Semakin lama serangannya, semakin banyak kerusakan pada jantung dan semakin besar kemungkinan meninggal.
Bahkan dalam arteri yang tidak terlalu sempit karena timbungan plak dan lemak, timbunan plak dapat pecah dan membentuk kerak darah atau trombus. Selain itu, arteri yang berpenyakit juga cenderung mengalami kontraksi otot secara mendadak. Sehingga, sekeping kerak darah dapat terbentuk di tempat kontraksi, melepaskan zat kimia yang kemudian mengakibatkan dinding arteri menyempit, memicu sebuah serangan jantung.
Jika sistem kerja dari jantung rusak, irama normal jantung dapat menjadi kacau dan jantung mulai bergetar dengan tidak menentu atau mengalami fibrilasi. Irama tidak normal ini disebut sebagai aritmia yaitu penyimpangan dari irama jantung normal. Hal ini akan menyebabkan jantung kehilangan kesanggupannya untuk memompa darah dengan efektif ke otak. Dalam waktu sepuluh menit, otak mati dan si pasien pun tidak tertolong lagi.
Selain penyakit jantung koroner yang disebabkan karena penumpukan lemak di dinding arteri, ada juga penyakit jantung lainnya yang disebabkan kelainan semenjak lahir. Misalnya jantung yang tidak sempurna, kelainan katup jantung, melemahnya otot jantung. Penyebab lain adalah bakteri yang menyebabkan infeksi pada jantung.

Gejala sakit Jantung



Gejala-gejala yang dirasakan jika mengalami penyakit jantung koroner antara lain rasa sakit atau nyeri di dada di mana kebanyakan orang menyangka itu hanya sebagai gangguan pencernaan. Lalu gejala lain yaitu merasa tertekan di tengah dada selama 30 detik sampai 5 menit. Hal lainnya adalah keringat dingin, berdebar-debar, pusing, dan merasa mau pingsan. Gejala ini tidak selalu dirasakan penderitanya. Tanda peringatan lain adalah napas tersengal-sengal pada saat berolahraga.
Selama beberapa bulan sebelum serangan jantung biasanya penderita penyakit jantung sering merasa sangat lelah. Jangan menganggap gejala ini disebabkan oleh kurang tidur dan stres akibat pekerjaan.
Rasa nyeri atau rasa ditekan di dada, yang disebut angina, memberikan peringatan kepada setengah dari mereka yang menderita serangan jantung. Beberapa orang mengalami napas tersengal-sengal atau kelelahan dan perasaan lunglai sebagai gejalanya, mengindikasikan bahwa jantung tidak mendapatkan cukup oksigen karena penyumbatan koroner.
Biasanya beberapa hari menjelang mengalami serangan jantung hebat, seseorang akan mengalami kontraksi otot secara tiba-tiba di dada yang merupakan serangan kecil atau serangan jantung ringan. Serangan jantung ringan umum terjadi sebelum serangan besar beberapa hari kemudian.

Tips Mencegah Penyakit Jantung

Agar terhindar dari penyakit jantung koroner, Anda dapat melakukan hal-hal berikut:
  • Pola makan sehat

    Hindari makanan yang banyak mengandung lemak atau yang mengandung kolesterol tinggi. Seafood memiliki kandungan kolesterol tinggi yang dapat membahayakan jantung. Kurangi menyantap makanan yang digoreng yang banyak mengandung lemak, sebaliknya makanan dapat diolah dengan cara direbus, dikukus atau dipanggang.

    Sebisa mungkin, produk makanan yang kita makan rendah lemak atau tanpa lemak. Pilih susu, keju, mentega atau makanan lain yang rendah lemak. Menggoreng dengan menggunakan minyak zaitun memiliki kandungan lemak yang sedikit sehingga bisa menjadi pilihan bila harus mengolah makanan dengan cara digoreng.

    Selain menghindari makanan berlemak, hindari juga makanan dengan kandungan gula tinggi seperti soft drink. Jangan pula tertalu banyak mengkonsumsi karbohirat, karena dalam tubuh, karbohidrat akan dipecah menjadi lemak. Sebaliknya, konsumsi oat atau gandum yang dapat membantu menjaga jantung tetap sehat.

    Jaga pola makan tidak berlebihan agar terhindar dari kegemukan, karena seseorang yang memiliki lingkar pinggang lebih dari 80 cm, berisiko lebih besar terkena penyakit ini.
  • Berhenti merokok

    Mengisap rokok sangat tidak baik untuk kesehatan jantung, maka segera hentikan kebiasaan ini agar jantung tetap sehat.
  • Hindari Stres

    Stres memang sangat sulit dihindari jika hidup di kota besar seperti Jakarta yang dikenal karena kemacetan dan kesibukannya. Saat seseorang mengalami stres, tubuhnya akan mengeluarkan hormon cortisol yang menyebabkan pembuluh darah menjadi kaku. Hormon norepinephrine akan diproduksi tubuh saat menderita stres, yang akan mengakibatkan naiknya tekanan darah. Maka, sangat baik bila Anda menghindari stres baik di kantor atau di rumah.
  • Hipertensi

    Problem hipertensi atau tekanan darah tinggi juga bisa menyebabkan penyakit jantung. Hipertensi dapat melukai dinding arteri dan memungkinkan kolesterol LDL memasuki saluran arteri dan meningkatkan penimbunan plak.
  • Obesitas

    Kelebihan berat atau obesitas meningkatkan tekanan darah tinggi dan ketidaknormalan lemak. Menghindari atau mengobati obesitas atau kegemukan adalah cara utama untuk menghindari diabetes. Diabetes mempercepat penyakit jantung koroner dan meningkatkan risiko serangan jantung.
  • Olahraga secara teratur

    Anda dapat melakukan kegiatan olahraga seperti berjalan kaki, jalan cepat, atau jogging. Kegiatan olahraga yang bukan bersifat kompetisi dan tidak terlalu berlebihan dapat menguatkan kerja jantung dan melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh.
  • Konsumsi antioksidan

    Polusi udara, asap kendaraan bermotor atau asap rokok menciptakan timbulnya radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas dapat menyebabkan bisul atau endapan pada pembuluh darah yang dapat menyebabkan penyumbatan. Untuk mengeluarkan kandungan radikal bebas dalam tubuh, perlu adanya antioksidan yang akan menangkap dan membuangnya. Antioksidan dapat diperoleh dari berbagai macam buah-buahan dan sayuran.
  • Keturunan

    Seorang yang orang tua atau saudara kandungnya pernah mengalami serangan jantung sebelum usia 60 memiliki risiko lebih besar menderita penyakit ini. Karena itu, jika Anda memiliki kerabat yang pernah mengalami serangan jantung, sebaiknya Anda lebih berhati-hati dalam menjaga agar pola makan dan gaya hidup Anda dapat menunjang jantung sehat.

Mengatasi Penyakit Jantung

Jika Anda merasakan gejala awal penyakit jantung ataupun pernah mengalami serangan jantung ringan, jangan abaikan itu. Anda sangat membutuhkan penanganan dini oleh personel medis yang terlatih. Ini dapat menyelamatkan jantung dari kerusakan yang lebih parah dan bahkan dapat menghindari akibat yang lebih fatal seperti kematian.
Namun jika gejala serangan jantung mulai terjadi, sangat penting untuk segera mencari bantuan medis. Risiko kematian terbesar dari serangan jantung adalah dalam kurun waktu satu jam setelah terjadi serangan jantung. Perawatan yang cepat dan tepat dari tim medis dapat menyelamatkan otot jantung dari kerusakan yang tidak dapat diperbaiki. Semakin banyak otot jantung yang terselamatkan, semakin efektif jantung akan kembali memompa setelah serangan. Jangan menunda-nunda untuk mendapatkan bantuan medis karena merasa takut dianggap mengada-ada.
Bila telah terjadi penyumbatan, tindakan medis yang umumnya diambil adalah dengan pemasangan kateterisasi dan cincin yang menjaga agar pembuluh darah koroner tidak tersumbat. Tetapi, ada kemungkinan terjadi penyumbatan pada pembuluh lainnya.

Sayangi Jantung Anda

Melihat berharganya organ jantung ini untuk kelangsungan hidup, maka segeralah perbaiki gaya hidup Anda agar tetap sehat. Mulailah menikmati makanan yang sehat, bergizi dan rendah kolesterol. Hindari merokok dan stres. Serta berolahragalah secara teratur. Mulailah dengan gaya hidup yang sehat sejak hari ini untuk menyayangi jantung Anda.

Mengenal Asam Urat

Yang dimaksud dengan asam urat adalah sisa metabolisme zat purin yang berasal dari makanan yang kita konsumsi. Ini juga merupakan hasil samping dari pemecahan sel dalam darah.
Purin sendiri adalah zat yang terdapat dalam setiap bahan makanan yang berasal dari tubuh makhluk hidup. Dengan kata lain, dalam tubuh makhluk hidup terdapat zat purin ini, lalu karena kita memakan makhluk hidup tersebut, maka zat purin tersebut berpindah ke dalam tubuh kita. Berbagai sayuran dan buah-buahan juga terdapat purin. Purin juga dihasilkan dari hasil perusakan sel-sel tubuh yang terjadi secara normal atau karena penyakit tertentu.
Normalnya, asam urat ini akan dikeluarkan dalam tubuh melalui feses (kotoran) dan urin, tetapi karena ginjal tidak mampu mengeluarkan asam urat yang ada menyebabkan kadarnya meningkat dalam tubuh. Hal lain yang dapat meningkatkan kadar asam urat adalah kita terlalu banyak mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung banyak purin. Asam urat yang berlebih selanjutnya akan terkumpul pada persendian sehingga menyebabkan rasa nyeri atau bengkak.
Penderita asam urat setelah menjalani pengobatan yang tepat dapat diobati sehingga kadar asam urat dalam tubuhnya kembali normal. Tapi karena dalam tubuhnya ada potensi penumpukan asam urat, maka disarankan agar mengontrol makanan yang dikonsumsi sehingga dapat menghindari makanan yang banyak mengandung purin.

Kesimpulan singkat tentang asam urat

Gejala Asam Urat

  • Kesemutan dan linu
  • Nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur
  • Sendi yang terkena asam urat terlihat bengkak, kemerahan, panas dan nyeri luar biasa pada malam dan pagi.

Solusi Mengatasi Asam Urat

  • Melakukan pengobatan hingga kadar asam urat kembali normal. Kadar normalnya adalah 2.4 hingga 6 untuk wanita dan 3.0 hingga 7 untuk pria.
  • Kontrol makanan yang dikonsumsi.
  • Banyak minum air putih. Dengan banyak minum air putih, kita dapat membantu membuang purin yang ada dalam tubuh.

Makanan yang Dihindari (mengandung banyak purin)

  • Lauk pauk seperti jeroan, hati, ginjal, limpa, babat, usus, paru dan otak.
  • Makanan laut seperti udang, kerang, cumi, kepiting.
  • Makanan kaleng seperi kornet dan sarden.
  • Daging, telur, kaldu atau kuah daging yang kental.
  • Kacang-kacangan seperti kacang kedelai (termasuk hasil olahannya seperti tempe, tauco, oncom, susu kedelai), kacang tanah, kacang hijau, tauge, melinjo, emping.
  • Sayuran seperti daun bayam, kangkung, daun singkong, asparagus, kembang kol, buncis.
  • Buah-buahan seperti durian, alpukat, nanas, air kelapa.
  • Minuman dan makanan yang mengandung alkohol seperti bir, wiski, anggur, tape, tuak.

Ginjal


Memahami fakta dibalik ginjal



Dua ginjal yang Anda miliki merupakan organ yang memiliki fungsi sangat vital, seperti menyaring darah dan menjaga keseimbangan kimiawi dalam tubuh. Kerja organ yang berbentuk seperti kacang merah dan berukuran kira-kira sebesar kepalan tangan ini dapat terganggu oleh berbagai hal, mulai dari infeksi saluran kemih hingga penyakit ginjal kronik.
Jika ginjal sudah tidak bisa bekerja atau berfungsi seperti semula, terapi seperti hemodialisis dan transplantasi ginjal dapat menjadi harapan baru bagi Anda yang mengalami gangguan fungsi ginjal kronik.

Fungsi dan struktur ginjal
Seputar fungsi ginjal
Ginjal adalah organ yang memiliki kemampuan yang luar biasa, diantaranya sebagai penyaring zat-zat yang telah tidak terpakai (zat buangan atau sampah) yang merupakan sisa metabolisme tubuh. Setiap harinya ginjal akan memproses sekitar 200 liter darah untuk menyaring atau menghasilkan sekitar 2 liter ‘sampah’ dan ekstra (kelebihan) air. Sampah dan esktra air ini akan menjadi urin, yang mengalir ke kandung kemih melalui saluran yang dikenal sebagai ureter. Urin akan disimpan di dalam kandung kemih ini sebelum dikeluarkan pada saat Anda berkemih.
Zat-zat yang sudah tidak terpakai lagi atau sampah tersebut diperoleh dari proses normal pemecahan otot dan dari makanan yang dikonsumsi. Tubuh akan memakai makanan tersebut sebagai energi dan untuk perbaikan jaringan. Setelah tubuh mengambil secukupnya dari makanan, sisanya akan dikirim ke dalam darah untuk kemudian disaring di ginjal. Jika fungsi ginjal terganggu maka kemampuan menyaring zat sisa ini dapat terganggu pula dan terjadi penumpukan dalam darah sehingga dapat menimbulkan berbagai manifestasi gangguan terhadap tubuh.
Protein sangat dibutuhkan untuk membangun semua bagian tubuh, seperti otot, tulang, rambut dan kuku. Protein-protein yang ada dalam darah dapat keluar ke urin (bocor) bila unit penyaring ginjal – glomerulus – sudah mengalami kerusakan. Protein yang terkandung di dalam urin, disebut dengan albumin.

Mengenal struktur ginjal
Ginjal memiliki struktur yang cukup unik, yaitu pembuluh darah dan unit penyaring.
Proses penyaringan terjadi pada bagian kecil dalam ginjal, yang disebut dengan nefron. Setiap ginjal memiliki sekitar satu miliar nefron. Pada nefron ini terdapat pembuluh darah kecil-kecil – kapiler – yang saling jalin menjalin dengan saluran-saluran yang kecil, yaitu tubulus.
Tubulus-tubulus ini pertama kali menerima gabungan antara zat-zat buangan dan berbagai kimia hasil metabolisme yang masih bisa digunakan tubuh. Ginjal akan ‘memilih’ zat-zat kimia yang masih berguna bagi tubuh (natrium, fosfor, dan kalium) dan mengembalikannya ke peredaran darah dan  mengeluarkan lagi kembali ke dalam tubuh. Dengan cara demikian, ginjal turut mengatur kadar zat-zat kimia tersebut dalam tubuh.
Selain membuang sampah-sampah yang sudah tidak terpakai lagi, ginjal juga berfungsi menjadi ‘pabrik’ penghasil tiga hormon penting, yaitu:
  • Eritropoietin (EPO), yang merangsang sumsum tulang membuat sel-sel darah merah (eritrosit)
  • Renin, membantu mengatur tekanan darah

Penyakit ginjal kronik




Ada beberapa penyakit yang mempengaruhi tubuh secara keseluruhan, yang dapat memicu timbulnya PGK, antara lain:
1. DiabetesBila mengalami diabetes berarti tubuh tidak bisa optimal dalam hal merubah makanan menjadi energi yang dibutuhkan sehingga kadar gula darah dapat meningkat. Kondisi gula darah yang meningkat berkepanjangan dapat merusak pembuluh darah dan ginjal.
Bila sudah meningkat, dapat menimbulkan gejala-gejala seperti:
  • rasa haus meningkat
  • penglihatan kabur
  • sering berkemih
  • berat badan menurun tanpa alasan yang jelas
  • luka yang lama sembuh
  • merasa lapar
  • lemah
2. Tekanan darah tinggi (hipertensi)Tekanan darah merupakan tekanan yang ditimbulkan oleh darah yang mengalir dalam pembuluh darah arteri. Tekanan yang tinggi ini bila berlangsung terus menerus dapat merusak atau mengganggu pembuluh-pembuluh darah kecil dalam ginjal yang lama kelamaan dapat mengganggu kemampuan ginjal untuk menyaring darah.
Pada umumnya, bagi orang dewasa atau berusia 18 tahun ke atas, tekanan darah 140/90 mm Hg atau lebih, dapat dikatakan sebagai keadaan hipertensi. Sedangkan bagi Anda penderita diabetes dan penyakit ginjal kronik, tekanan darah 130/80 mmHg atau lebih sudah dikatakan sebagai hipertensi.
Dengan mengontrol tekanan darah akan membantu memperlambat kerusakan ginjal. Untuk mengatasi masalah hipertensi, konsultasikan dengan dokter Anda.
3. Batu ginjalBatu yang terbentuk di ginjal terjadi akibat adanya proses presipitasi (kristalisasi bahan-bahan yang terlarut) yang terkandung di dalam urin. Biasanya batu ini dapat berpindah ke melalui ureter (saluran yang mengalirkan urin dari ginjal ke kandung kemih) dan dikeluarkan lewat urin bila berukuran kecil.
Namun kadangkala, batu yang berukuran terlalu besar tidak bisa keluar begitu saja lewat urin. Bila hal ini terjadi maka menimbulkan rasa sakit dan mungkin dapat menimbulkan obstruksi (sumbatan) akibat terhambatnya aliran urin keluar.
Batu ginjal dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, diet tertentu, obat-obatan dan kondisi-kondisi tertentu akibat meningginya zat-zat lain dalam urin, misalnya asam urat.
Gejala batu ginjal, antara lain:
  • rasa sakit pada bagian belakang atau sisi tubuh
  • darah dalam urin
  • muntah
  • demam
  • sering berkemih atau ingin berkemih
  • rasa nyeri saat berkemih
Keluar tidaknya batu ginjal dengan sendirinya tergantung pada lokasi, besar, bentuk dan komposisi. Ukuran batu yang kecil dengan bentuk licin atau bulat dapat keluar dengan sendirinya. Namun bila bentuknya bermacam-macam, misalnya dengan tepi yang tajam atau ukuran yang terlalu besar yang memenuhi seluruh bagian ginjal, tentu memerlukan terapi tertentu guna mengeluarkannya.
Bila batu ginjal berpindah ke bagian pelvis ginjal, dapat menyumbat aliran urin dan ginjal pun dapat membengkak, sehingga dapat mengganggu kerja ginjal.

Penyakit Ginjal Akut
Gangguan fungsi ginjal bisa berlangsung secara tiba-tiba (akut), biasanya disebut sebagai penyakit ginjal akut (PGA). Kondisi ini dapat diakibatkan oleh berbagai hal, antara lain:
  • operasi pembedahan yang rumit atau cedera hebat
  • sumbatan pada pembuluh darah yang menuju ginjal
  • sumbatan pada saluran kemih akibat batu, tumor, bekuan darah
  • penyakit ginjal, seperti glomerulonefritis akut
Penyakit Ginjal Kronik
Penyakit ginjal kronik (PGK), biasanya timbul secara perlahan dan sifatnya menahun, dengan sedikit gejala pada awalnya. Kadang Anda tidak merasakan gejala hingga fungsi ginjal yang sudah menurun sekitar 25 % dari ginjal normal.

Gaya Hidup Ramah PGK



Dengan gaya hidup yang tepat, ginjal dapat dipelihara agar tetap sehat. Berbagai gaya hidup yang perlu diperhatikan penderita PGK di antaranya adalah:
Pengaturan makanan dan minuman (diet)
Makanan dan minuman penting bagi setiap orang, tapi lebih penting lagi pada penderita PGK. Mengapa? Saat ginjal mengalami gangguan/kerusakan, zat-zat sisa metabolisme dan cairan yang berlebihan dan tidak diperlukan akan terganggu pembuangannya sehingga menumpuk di dalam darah. Tergantung dari berat ringannya penyakit, penumpukan ini dapat menimbulkan berbagai keluhan yang mengganggu mulai dari mual, muntah, pembengkakan (edema) dan sebagainya. Dengan membatasi dan mengatur jumlah dan jenis makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh, zat-zat sisa dan cairan akan lebih sedikit menumpuk dalam darah sehingga keluhan berkurang dan tubuh lebih nyaman.
A. Mengurangi asupan protein (khusus bagi penderita PGK yang tidak menjalani dialisis secara rutin). 
• Mengapa?
Tubuh kita membutuhkan protein dalam jumlah yang cukup. Protein berguna antara lain untuk membangun tubuh dan memperbaiki jaringan (misalnya otot-otot) yang mengalami kerusakan. Penggunaan protein dalam tubuh menghasilkan zat sisa berupa zat urea, yang biasanya akan dibuang keluar dari tubuh oleh ginjal yang sehat. Namun, ginjal yang mengalami gangguan akan mengalami kesulitan membuang zat urea dari dalam tubuh. Sebagai akibatnya, terjadi penumpukan urea dalam darah, menimbulkan apa yang disebut peningkatan Blood Urea Nitrogen atau BUN. Salah satu cara mencegahnya adalah dengan mengurangi asupan protein.
Meskipun perlu dibatasi, namun penderita PGK tetap membutuhkan asupan protein agar tubuh dapat berfungsi dengan baik. Karena itu, pembatasan


asupan protein tidak sekedar hanya 'mengurangi' saja melainkan perlu diatur oleh dokter/ahli gizi yang kompeten.
Secara umum, pengaturan asupan protein dilakukan berdasarkan kadar GFR penderita PGK yang bersangkutan, dengan mengikuti contoh sebagai berikut:
Pembatasan asupan protein pada PGK1
GFR (mL/menit)
Asupan protein (g/kg BB/hari)
>60
Pembatasan protein tidak dianjurkan
25-60
0.6 - 0.8 g/kg BB/hr, termasuk > 0.35 g/kg BB/hr protein dengan nilai biologis tinggi.
5-25
0.6 - 0.8 g/kg BB/hr, termasuk > 0.35 g/kg BB/hari protein dengan nilai biologis tinggi atau tambahan 0.3 g asam amino esensial atau asam keton.
<60 (Sindrom Nefrotik)
0.8 g/kg BB/hr (ditambah dengan 1g protein/g proteinuria atau 0.3 g/kg BB tambahan asam amino esensial atau asam keton)


Referensi:
1. Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam: Sudoyo AWdkk. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta Juni 2006.


• Tips mengatur asupan protein
Tubuh penderita PGK lebih sanggup menggunakan jenis protein dengan nilai biologis yang tinggi. Oleh karena itu, dalam memilih jenis protein yang dikonsumsi, dianjurkan untuk mengikutsertakan protein dengan nilai biologis tinggi tersebut, seperti ayam, ikan, daging tanpa lemak, susu dan keju. 
B. Mengurangi asupan garam
• Mengapa?
Garam (natrium) bersifat menahan air. Jika Anda mengurangi asupan garam, cairan dalam tubuh juga tidak terlalu banyak menumpuk, pembengkakan tangan dan kaki yang sering terjadi manakala cairan tubuh berlebihan juga akan berkurang, dan kerja jantung serta paru-paru juga menjadi lebih ringan sehingga mengurangi keluhan sesak dan sulit bernapas. Selain itu, jika Anda mengurangi garam, rasa haus juga akan berkurang sehingga otomatis tidak terlalu banyak minum air.
• Tips mengurangi asupan garam
1. Cek label makanan di supermarket jika akan membeli makanan. Pilih makanan yang tidak terlalu banyak mengandung natrium/sodium (sebaiknya kurang dari 400 mg natrium per saji).
2. Perbanyak konsumsi makanan yang segar dari alam seperti sayur atau buah. Hindari makanan kaleng atau makanan instan.
Gunakan gelas berukuran kecil agar Anda tidak minum terlalu banyak.
3. Kurangi garam dalam makanan yang akan dikonsumsi.
Gunakan bumbu lain seperti bawang, jeruk nipis, kayu manis, dan lain sebagainya untuk memberi rasa masakan agar tidak terlalu tawar.
4. Jika menggunakan pengganti garam, pilihlah yang tidak mengandung kalium.





C. Mengurangi asupan air/cairan 
• Mengapa?
Ginjal yang sehat dan berfungsi normal akan mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh, termasuk jumlah cairan yang dibuang melalui air kencing. Jika ginjal rusak/terganggu, pengaturan ini akan terganggu. Karena itu, cairan perlu diatur, dan jika perlu dikurangi (sesuai anjuran dokter).
• Tips mengurangi asupan air/cairan
1. Isap-isap potongan jeruk lemon, permen asam atau permen karet untuk membasahi mulut agar tidak terlalu kering/haus.
2. Minumlah hanya jika benar-benar haus saja.
3. Kurangi makanan yang terlalu asin agar tidak mudah haus.
4. Jangan terlalu banyak mengonsumsi biskuit atau kraker atau camilan yang terlalu asin.
5. Jika Anda penderita diabetes, Anda juga perlu mengontrol kadar gula darah agar tidak terlalu tinggi. Kadar gula darah tinggi juga membuat Anda lebih mudah haus.
D. Mengurangi asupan kalium
• Mengapa?
Kalium adalah sejenis mineral yang dibutuhkan tubuh dan bisa kita peroleh dari makanan. Seperti halnya garam natrium dan air, kalium juga diatur kadarnya dalam tubuh oleh ginjal. Karena itu, ginjal yang rusak dapat berakibat kadar kalium dalam darah meningkat, sehingga pembatasan kalium dari makanan mungkin diperlukan agar kadar kalium tidak berlebihan. Kadar kalium yang berlebihan dapat menimbulkan masalah seperti gangguan irama jantung yang dapat berakibat fatal.
• Tips mengurangi asupan kalium
1. Baca label makanan untuk mengetahui jumlah kalium yang terkandung, dan batasi konsumsi makanan yang mengandung kalium dalam jumlah tinggi (misalnya bayam, tomat, kentang, pisang, kacang yang dikeringkan, dan jeruk).
2. Merebus makanan bertepung seperti kentang dengan air tawar yang banyak dapat mengurangi jumlah kalium yang terkandung di dalamnya. Jangan lupa tiriskan dan buang air rebusan sebelum dihidangkan. 
E. Mengurangi asupan fosfat
• Mengapa?
Produk susu (susu, keju, dan yogurt), kacang-kacangan kering, dan coklat, mengandung fosfat dalam jumlah banyak. Konsumsi makanan tersebut dapat meningkatkan kadar fosfat dalam darah. Jika kelebihan ini tidak dapat dibuang sepenuhnya oleh ginjal, dapat berefek memperlemah tulang-tulang di dalam tubuh.
• Tips mengurangi asupan fosfat 
Dokter mungkin meresepkan obat pengikat fosfat untuk membantu tubuh mengurangi kadar fosfat yang berlebihan. Obat ini sebaiknya dikonsumsi bersama makanan untuk mencegah diserapnya fosfat ke dalam peredaran darah, sehingga kadar fosfat tidak meningkat.


Namun, kebutuhan nutrisi dan cairan setiap orang tidak selalu sama. Karena itu, selalu konsultasikan pada dokter atau ahli gizi untuk mengetahui pengaturan gizi yang tepat bagi Anda.
Anda mungkin sudah diberitahu oleh dokter mengenai jumlah kebutuhan minum harian Anda. Bawalah tempat air yang berisi air dalam jumlah sesuai yang Anda butuhkan untuk hari itu, dan minumlah hanya dari tempat air itu saja, sehingga Anda dapat mengontrol jumlah air yang diminum dan tidak minum berlebihan.


Terapi untuk penyakit ginjal kronik




Kendati penyakit ginjal kronik (PGK) tidak dapat disembuhkan, tetapi kita masih dapat mempertahankan agar tetap berfungsi seoptimal mungkin. Caranya yaitu melalui terapi dengan obat-obatan, dialisis (cuci darah), transplantasi (cangkok) ginjal, dan modifikasi gaya hidup.
PERANAN OBAT DALAM TERAPI PENYAKIT GINJAL KRONIK
Obat-obatan bermanfaat untuk mengatasi gejala-gejala dan komplikasi PGK serta membantu memperlambat proses kerusakan fungsi ginjal.
1.      Diuretik
Diuretik (obat untuk meningkatkan pengeluaran urin) membantu pengeluaran kelebihan cairan dan elektrolit dari tubuh, serta bermanfaat membantu menurunkan tekanan darah.
2.      Obat Antihipertensi
Sebagian besar penderita PGK mengalami tekanan darah tinggi. Oleh karena itu, diperlukan obat antihipertensi untuk mempertahankan agar tekanan darah tetap dalam batas normal dan dengan demikian akan memperlambat proses kerusakan ginjal yang diakibatkan oleh tingginya tekanan darah.
3.      Eritropoietin (Epo)
Salah satu fungsi ginjal yaitu menghasilkan hormon eritropoietin (Epo). Hormon ini bekerja merangsang sumsum tulang untuk memproduksi sel-sel darah merah. PGK menyebabkan produksi hormon Epo mengalami penurunan sehingga menimbulkan anemia. Oleh karena itu, Epo perlu digunakan untuk mengatasi anemia yang diakibatkan oleh PGK. Epo biasanya diberikan dengan cara injeksi 1-2 kali/minggu.
4.      Zat besi
Zat besi (Ferrous Sulphate) seringkali bermanfaat untuk membantu mengatasi anemia yang diakibatkan kekurangan Fe pada pasien dengan  PGK. Suplemen zat besi diberikan dalam bentuk tablet (ditelan) atau injeksi (disuntik).
5.      Suplemen Kalsium & Kalsitriol
Pada PGK, kadar kalsium dalam darah menjadi rendah, sebaliknya kadar fosfat dalam darah menjadi terlalu tinggi. Untuk mengatasi ketidakseimbangan mineral ini, diperlukan kombinasi obat/suplemen yaitu kalsitriol (vitamin D bentuk aktif) dan kalsium.


Terapi pengganti ginjal



Apabila fungsi ginjal sudah sangat menurun (lebih dari 90 persen) sehingga tidak lagi mampu untuk menjaga kelangsungan hidup individu, maka perlu dilakukan Terapi Pengganti Ginjal, yaitu Dialisis dan Transplantasi Ginjal.
DIALISIS 
Dialisis adalah metode terapi yang bertujuan untuk menggantikan fungsi/kerja ginjal, yaitu membuang zat-zat sisa dan kelebihan cairan dari tubuh. Ada 2 jenis dialisis:
*Hemodialisis (cuci darah dengan mesin dialiser)  
*Dialisis Peritoneal (cuci darah melalui perut)
•     Hemodialisis
Hemodialisis (HD) adalah dialisis dengan menggunakan mesin dialiser yang berfungsi sebagai "ginjal buatan". Pada HD, darah dipompa keluar dari tubuh, masuk ke dalam mesin dialiser. Di dalam mesin dialiser, darah dibersihkan dari zat-zat racun melalui proses difusi dan ultrafiltrasi oleh dialisat (suatu cairan khusus untuk dialisis), lalu dialirkan kembali ke dalam tubuh. Proses HD dilakukan 1-3 kali seminggu di rumah sakit dan setiap kalinya membutuhkan waktu sekitar 2-4 jam.
Pembuatan "Akses" untuk HD
Agar prosedur hemodialisis dapat berlangsung, sebelumnya perlu dibuatkanakses untuk keluar dan masuknya darah dari tubuh. Akses untuk hemodialisis dapat bersifat temporer (sementara) atau permanen.
Akses temporer yaitu berupa kateter yang dipasang pada pembuluh darah balik (vena) di daerah leher.
klik disini untuk memperbesar gambar
Tips perawatan akses temporer (kateter):
  • Cuci tangan sesering mungkin
  • Jangan menyentuh kateter
  • Jangan biarkan kateter tergesek atau terdorong oleh benda apapun, termasuk baju yang sedang Anda kenakan
  • Jaga agar kateter senantiasa kering
Akses permanen biasanya dibuat dengan menghubungkan salah satu pembuluh darah balik (vena) dengan pembuluh nadi (arteri) pada lengan bawah. Akses model Fistula ini populer dengan nama Cimino
klik disini untuk memperbesar gambar
Jika Anda meletakkan jari di bagian Cimino, Anda akan merasakan getaran yang ditimbulkan oleh aliran darah pada Cimino. Getaran ini perlu diperiksa secara berkala untuk memastikan bahwa aliran darah pada Cimino tetap lancar.
Tips perawatan Cimino:
  • Jangan mengenakan pakaian ketat atau perhiasan di sekitar daerah Cimono
  • Jangan mengukur tekanan darah, mengambil darah, atau melakukan infus pada lengan yang terpasang Cimino.
  • Cuci tangan sesering mungkin dan jaga agar daerah Cimino dan sekitarnya senantiasa bersih




Bagaimana cara kerja mesin dialiser ?
klik disini untuk memperbesar gambar
Keuntungan HD:
1.   Tidak usah menyiapkan peralatan HD sendiri.
2.   Kondisi pasien lebih terpantau karena prosedur HD dilakukan di rumah sakit oleh tenaga kesehatan terlatih.
3.   Jumlah protein yang hilang selama pada proses HD lebih sedikit.1
Kerugian HD:
1.   Fungsi ginjal yang tersisa cepat menurun.
2.   Pembatasan asupan cairan dan diet lebih ketat.
3.   Kadar hemoglobin lebih rendah, sehingga kebutuhan akan eritropoietin lebih tinggi.
*Dialisis Peritoneal 
Dialisis Peritoneal adalah metode cuci darah dengan bantuan membran peritoneum (selaput rongga perut). Jadi, darah tidak perlu dikeluarkan dari tubuh untuk dibersihkan dan disaring oleh mesin dialisis.
Dialisis Peritoneal terdiri atas 2 jenis:
1.      Automated Peritoneal Dialysis (APD) = Dialisis Peritoneal Otomatis. Metode APD dapat dilakukan di rumah, pada malam hari sewaktu tidur dengan menggunakan “mesin khusus” yang sudah diprogram terlebih dahulu.
2.      Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) = Dialisis Peritoneal Mandiri Berkesinambungan. CAPD tidak membutuhkan mesin khusus seperti pada APD.
Pemasangan Kateter untuk Dialisis Peritoneal
Sebelum melakukan Dialisis peritoneal, perlu dibuat akses sebagai tempat keluar masuknya cairan dialisat (cairan khusus untuk dialisis) dari dan ke dalam rongga perut (peritoneum). Akses ini berupa kateter yang “ditanam” di dalam rongga perut dengan pembedahan. Posisi kateter yaitu sedikit di bawah pusar.  Lokasi dimana sebagian kateter muncul dari dalam perut disebut “exit site”.
klik disini untuk memperbesar gambar
Tips perawatan kateter dan Exit Site:
  • Mandi setiap hari untuk menjaga kebersihan kulit, khususnya di sekitarexit site. Jangan mandi berendam.
  • Ganti pakaian dalam maupun pakaian luar setiap hari
  • Jangan gunakan bahan kimia, misalnya alkohol dan bahan yang mengandung klorida untuk membersihkan exit site atau kateter. Anda hanya boleh menggunakan sabun dan air untuk membersihkan exit sitedan keteter
  • Jangan gunakan krim, salep, atau bedak tabur di sekitar exit site
  • Jaga posisi keteter krim agar tetap berada pada tempatnya (tidak tertarik, tertekuk, terputar, atau tersangkut) dengan menempelkannya pada kulit dengan bantuan plester.



Bagaimana cara kerja Dialisis Peritoneal (CAPD)?
Dialisis Peritoneal diawali dengan memasukkan cairan dialisat (cairan khusus untuk dialisis) ke dalam rongga perut melalui selang kateter, lalu dibiarkan selama 4-6 jam. Ketika dialisat berada di dalam rongga perut, zat-zat racun dari dalam darah akan dibersihkan dan kelebihan cairan tubuh akan ditarik ke dalam cairan dialisat.
klik disini untuk memperbesar gambar
Zat-zat racun yang terlarut di dalam darah akan pindah ke dalam cairan dialisat melalui selaput rongga perut (membran peritoneum) yang berfungsi sebagai “alat penyaring”, proses perpindahan ini disebut Difusi.
klik disini untuk memperbesar gambar
Cairan dialisat mengandung dekstrosa (gula) yang memiliki kemampuan untuk menarik kelebihan air, proses penarikan air ke dalam cairan dialisat ini disebut Ultrafiltrasi.
Proses Penggantian Cairan Dialisis
Proses ini tidak menimbulkan rasa sakit dan hanya membutuhkan waktu singkat (± 30 menit). Terdiri dari 3 langkah:
Langkah ke-1.Pengeluaran cairan
Cairan dialisat yang sudah mengandung zat-zat racun dan kelebihan air akan dikeluarkan dari rongga perut dan diganti dengan cairan dialisis yang baru. Proses pengeluaran cairan ini berlangsung sekitar 20 menit.
klik disini untuk memperbesar gambar
Langkah ke-2.Memasukkan cairan
Cairan dialisat dialirkan ke dalam rongga perut melalui kateter.
Proses ini hanya berlangsung selama 10 menit.
klik disini untuk memperbesar gambar
Langkah ke-3.Waktu tinggal
Sesudah dimasukkan, cairan dialisat dibiarkan ke dalam rongga perut selama 4-6 jam, tergantung dari anjuran dokter.
klik disini untuk memperbesar gambar
Proses penggantian cairan di atas umumnya diulang setiap 4 atau 6 jam (4 kali sehari), 7 hari dalam seminggu.
Keuntungan Dialisis Peritoneal:
1.      Fungsi ginjal yang masih tersisa dapat dipertahankan.
2.      Dapat dilakukan sendiri di rumah atau di tempat kerja.
3.      Tidak tergantung pada bantuan orang lain.
4.      Tekanan darah pasien lebih terkendali.
5.      Kebutuhan akan suplemen zat besi dan eritropoietin (EPO) jauh lebih sedikit.
6.      Lebih bebas mengonsumsi berbagai jenis makanan dan minuman.
7.      Kadar kalium darah lebih terkontrol.
Kerugian Dialisis Peritoneal:
1.      Risiko terjadinya peritonitis (infeksi peritoneum).
2.      Lebih banyak protein yang hilang dari tubuh selama berlangsungnya proses dialisis peritoneal.
Referensi:
1.   Iqbal et al. Outcome of Peritoneal Dialysis and Hemodialysis in Elderly Patients with Diabetes: Early Experience from Bangladesh. Advances in Peritoneal Dialysis 2005;21:85-9.

Demam Tifoid

Demam Tifoid

Gambar. Bakteri Salmonella Typhi
Definisi
Demam Tifoid adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi.
Demam tifoid merupakan penyakit endemis di beberapa Negara berkembang, dimana sanitasi
lingkungan kurang dijaga dengan baik.

Bakteri tifoid ditemukan di dalam tinja dan air kemih penderita. Penyebaran bakteri ke dalam makanan
atau minuman bisa terjadi akibat pencucian tangan yang kurang bersih setelah buang air besar maupun
setelah berkemih, Lalat juga bisa menyebarkan bakteri secara langsung dari tinja ke makanan.
Bakteri Salmonella typhi masuk ke dalam saluran pencernaan dan bisa masuk ke dalam peredaran
darah. Hal ini akan diikuti oleh terjadinya peradangan pada usus halus dan usus besar. Pada kasus yang
berat, yang bisa berakibat fatal, jaringan yang terkena bisa mengalami perdarahan dan perforasi
(perlubangan).

Sekitar 3% penderita yang terinfeksi oleh Salmonella typhi dan belum mendapatkan pengobatan, di
dalam tinjanya akan ditemukan bakteri ini selama lebih dari 1 tahun. Beberapa dari pembawa bakteri
ini tidak menunjukkan gejala-gejala dari demam tifoid.
Sembilan puluh persen kasus demam tifoid terjadi pada umur 3-19 tahun, kejadian meningkat setelah
umur 5 tahun. Pada minggu pertama sakit, demam tifoid sangat sukar dibedakan dengan penyakit
demam lainnya. Untuk memastikan diagnosis diperlukan pemeriksaan biakan kuman untuk konfirmasi.

Gejala dan tanda
Biasanya gejala mulai timbul secara bertahap dalam waktu 8-14 hari setelah terinfeksi.
Gejalanya bisa berupa demam, sakit kepala, nyeri sendi, sakit tenggorokan, sembelit, penurunan nafsu
makan dan nyeri perut. Kadang penderita merasakan nyeri ketika berkemih dan terjadi batuk serta
perdarahan dari hidung.
Jika pengobatan tidak dimulai, maka suhu tubuh secara perlahan akan meningkat dalam waktu 2-3 hari,
yaitu mencapai 39,4-40°C selama 10-14 hari. Panas mulai turun secara bertahap pada akhir minggu
ketiga dan kembali normal pada minggu keempat. Demam seringkali disertai oleh denyut jantung yang
lambat dan kelelahan yang luar biasa.
Pada kasus yang berat bisa terjadi delirium, stupor atau koma.
Pada sekitar 10% penderita timbul sekelompok bintik-bintik kecil berwarna merah muda di dada dan
perut pada minggu kedua dan berlangsung selama 2-5 hari.

Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Untuk memperkuat diagnosis, dilakukan biakan darah, tinja, air kemih atau jaringan tubuh lainnya guna
menemukan bakteri penyebabnya.

Tatalaksana
Tirah baring selama demam sampai dengan 2 minggu normal kembali. Dengan antibiotik yang tepat,
lebih dari 99% penderita dapat disembuhkan. Antibiotik yang banyak digunakan adalah kloramfenikol
100mg/kg/hari dibagi dalam 4 dosis selama 10 hari. Dosis maksimal kloramfenikol 2g/hari.
Kloramfenikol tidak bias diberikan bila jumlah leukosit < 2000 ul. Bila pasien alergi, dapat diberikan
golongan penisilin atau kotrimoksazol. Kadang makanan diberikan melalui infus sampai penderita
dapat mencerna makanan. Jika terjadi perforasi usus, diberikan antibiotik berspektrum luas (karena
berbagai jenis bakteri akan masuk ke dalam rongga perut) dan mungkin perlu dilakukan pembedahan
untuk memperbaiki atau mengangkat bagian usus yang mengalami perforasi
.
Komplikasi
 Sebagian besar penderita mengalami penyembuhan sempurna, tetapi bisa terjadi komplikasi,
terutama pada penderita yang tidak diobati atau bila pengobatannya terlambat :
 Banyak penderita yang mengalami perdarahan usus; sekitar 2% mengalami perdarahan hebat.
Biasanya perdarahan terjadi pada minggu ketiga.
 Perforasi usus terjadi pada 1-2% penderita dan menyebabkan nyeri perut yang hebat karena isi
usus menginfeksi ronga perut (peritonitis).
 Pneumonia bisa terjadi pada minggu kedua atau ketiga dan biasanya terjadi akibat infeksi
pneumokokus (meskipun bakteri tifoid juga bisa menyebabkan pneumonia).
 Infeksi kandung kemih dan hati.
 Infeksi darah (bakteremia) kadang menyebabkan terjadinya infeksi tulang (osteomielitis),
infeksi katup jantung (endokarditis), infeksi selaput otak (meningitis), infeksi ginjal (glomerulitis)
atau infeksi saluran kemih-kelamin.
Pada sekitar 10% kasus yang tidak diobati, gejala-gejala infeksi awal kembali timbul dalam waktu 2
minggu setelah demam mereda.

Pencegahan
Vaksin tifus per-oral (ditelan) memberikan perlindungan sebesar 70%, namun vaksin ini hanya
diberikan kepada orang-orang yang telah terpapar oleh bakteri Salmonella typhi dan orang-orang yang
memiliki resiko tinggi (termasuk petugas laboratorium dan para pelancong).
Hindari makan sayuran mentah dan makanan lainnya yang disajikan atau disimpan di dalam suhu
ruangan dan pilih makanan yang masih panas atau makanan yang dibekukan, minuman kaleng dan
buah berkulit yang bisa dikupas.

Diabetes Mellitus

DEFINISI
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat.


Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi, meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula maupun karbohidrat lainnya. Kadar gula darah yang normal cenderung meningkat secara ringan tetapi progresif setelah usia 50 tahun, terutama pada orang-orang yang tidak aktif.

Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas, merupakan zat utama yang bertanggungjawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang tepat. Insulin menyebabkan gula berpindah ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi.

Peningkatan kadar gula darah setelah makan atau minum merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin sehingga mencegah kenaikan kadar gula darah yang lebih lanjut dan menyebabkan kadar gula darah menurun secara perlahan. Pada saat melakukan aktivitas fisik kadar gula darah juga bisa menurun karena otot menggunakan glukosa untuk energi.


PENYEBAB
Diabetes terjadi jika tubuh tidak menghasilkan insulin yang cukup untuk mempertahankan kadar gula darah yang normal atau jika sel tidak memberikan respon yang tepat terhadap insulin.


Penderita 
diabetes mellitus tipe I (diabetes yang tergantung kepada insulin) menghasilkan sedikit insulin atau sama sekali tidak menghasilkan insulin. Sebagian besar diabetes mellitus tipe I terjadi sebelum usia 30 tahun.

Para ilmuwan percaya bahwa faktor lingkungan (mungkin berupa infeksi virus atau faktor gizi pada masa kanak-kanak atau dewasa awal) menyebabkan sistem kekebalan menghancurkan sel penghasil insulin di pankreas. Untuk terjadinya hal ini diperlukan kecenderungan genetik. Pada diabetes tipe I, 90% sel penghasil insulin (
sel beta) mengalami kerusakan permanen. Terjadi kekurangan insulin yang berat dan penderita harus mendapatkan suntikan insulin secara teratur.

Pada 
diabetes mellitus tipe II (diabetes yang tidak tergantung kepada insulin, NIDDM), pankreas tetap menghasilkan insulin, terkadang kadarnya lebih tinggi dari normal. Tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya, sehingga terjadi kekurangan insulin relatif. Diabetes tipe II bisa terjadi pada anak-anak dan dewasa, tetapi biasanya terjadi setelah usia 30 tahun. Faktor resiko untuk diabetes tipe II adalah obesitas,, 80-90% penderita mengalami obesitas. Diabetes tipe II juga cenderung diturunkan.

Penyebab diabetes lainnya adalah: 

  • Kadar kortikosteroid yang tinggi,
  • Kehamilan (diabetes gestasional),
  • Obat-obatan, dan
  • Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin.


GEJALA
Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang tinggi. Jika kadar gula darah sampai di atas 160-180 mg/dL, maka glukosa akan sampai ke air kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuri).


Akibat poliuri maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak minum (polidipsi). Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini penderita seringkali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagi). Gejala lainnya adalah pandangan kabur, pusing, mual, dan berkurangnya ketahanan selama melakukan olahraga. Penderita diabetes yang kurang terkontrol lebih peka terhadap infeksi.


Karena kekurangan insulin yang berat, maka sebelum menjalani pengobatan penderita diabetes tipe I hampir selalu mengalami penurunan berat badan. Sebagian besar penderita diabetes tipe II tidak mengalami penurunan berat badan. Pada penderita diabetes tipe I, gejalanya timbul secara tiba-tiba dan bisa berkembang dengan cepat ke dalam suatu keadaan yang disebut dengan ketoasidosis diabetikum.


Kadar gula di dalam darah adalah tinggi tetapi karena sebagian besar sel tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin, maka sel-sel ini mengambil energi dari sumber yang lain. Sel lemak dipecah dan menghasilkan keton, yang merupakan senyawa kimia beracun yang bisa menyebabkan darah menjadi asam (ketoasidosis).


Gejala awal dari ketoasidosis diabetikum adalah rasa haus dan berkemih yang berlebihan, mual, muntah, lelah, dan nyeri perut (terutama pada anak-anak). Pernapasan menjadi dalam dan cepat karena tubuh berusaha untuk memperbaiki keasaman darah. Bau napas penderita tercium seperti bau aseton. Tanpa pengobatan, ketoasidosis diabetikum bisa berkembang menjadi koma, kadang dalam waktu hanya beberapa jam.


Bahkan setelah mulai menjalani terapi insulin, penderita diabetes tipe I bisa mengalami ketoasidosis jika mereka melewatkan satu kali penyuntikan insulin atau mengalami stres akibat infeksi, kecelakann atau penyakit yang serius.


Penderita diabetes tipe II bisa tidak menunjukkan gejala-gejala semala beberapa tahun. Jika kekurangan insulin semakin parah, maka timbullah gejala yang berupa sering berkemih dan sering merasa haus. Jarang terjadi ketoasidosis. Jika kadar gula darah sangat tinggi (sampai lebih dari 1.000 mg/dL, biasanya terjadi akibat stres, misalnya infeksi atau obat-obatan), maka penderita akan mengalami dehidrasi berat, yang bisa menyebabkan kebingungan mental, pusing, kejang, dan suatu keadaan yang disebut koma hiperglikemik-hiperosmolar non-ketotik.




KOMPLIKASI
Lama-lama peningkatan kadar gula darah bisa merusak pembuluh darah, saraf dan struktur internal lainnya. Terbentuk zat kompleks yang terdiri dari gula di dalam dinding pembuluh darah, sehingga pembuluh darah menebal dan mengalami kebocoran. Akibat penebalan ini maka aliran darah akan berkurang, terutama yang menuju ke kulit dan saraf.


Kadar gula darah yang tidak terkontrol juga cenderung menyebabkan kadar zat berlemak dalam darah meningkat, sehingga mempercepat terjadinya aterosklerosis (penimbunan plak di dalam pembuluh darah). Aterosklerosis ini 2-6 kali lebih sering terjadi pada penderita diabetes. Sirkulasi yang jelek melalui pembuluh darah besar dan kecil bisa melukai jantung, otak, tungkai, mata, ginjal, saraf, dan kulit, dan memperlambat penyembuhan luka.


Karena hal tersebut di atas, maka penderita diabetes bisa mengalami berbagai komplikasi jangka panjang yang serius, yang lebih sering terjadi adalah serangan jantung dan stroke. Kerusakan pembuluh darah mata bisa menyebabkan gangguan penglihatan (retinopati diabetikum. Kelainan fungsi ginjal menyebabkan gagal ginjal sehingga penderita harus menjalanidialisa.


Gangguan pada saraf dapat bermanifestasi dalam beberapa bentuk. Jika satu saraf mengalami kelainan fungsi (mononeuropati), maka sebuah lengan atau tungkai biasa secara tiba-tiba menjadi lemah. Jika saraf yang menuju ke tangan, tungkai, dan kaki, mengalami kerusakan (polineuropati diabetikum), maka pada lengan dan tungkai bisa dirasakan kesemutan atau nyeri seperti terbakar dan kelemahan.


Kerusakan pada saraf menyebabkan kulit lebih sering mengalami cedera karena penderita tidak dapat meradakan perubahan tekanan maupun suhu. Berkurangnya aliran darah ke kulit juga bisa menyebabkan ulkus (borok) dan semua penyembuhan luka berjalan lambat. Ulkus di kaki bisa sangat dalam dan mengalami infeksi serta masa penyembuhannya lama sehingga sebagian tungkai harus diamputasi.


Penelitian terakhir menunjukkan bahwa komplikasi diabetes dapat dicegah, ditunda, atau diperlambat, dengan mengontrol kadar gula darah.


Komplikasi jangka panjang dari diabetes


Organ/jaringan yang terkenaYang terjadiKomplikasi
Pembuluh darahPlak aterosklerotik terbentuk dan menyumbat arteri berukuran besar atau sedang di jantung, otak, tungkai, dan penis.
Dinding pembuluh darah kecil mengalami kerusakan sehingga pembuluh tidak dapat mentransfer oksigen secara normal dan mengalami kebocoran
Sirkulasi yang buruk menyebabkan penyembuhan luka yang jelek dan bisa menyebabkan penyakit jantung, stroke, gangren kaki dan tangan, impoten dan infeksi
MataTerjadi kerusakan pada pembuluh darah kecil retinaGangguan penglihatan dan pada akhirnya bisa terjadi kebutaan
Ginjal
  • Penebalan pembuluh darah ginjal
  • Protein bocor ke dalam air kemih
  • Darah tidak disaring secara normal
Fungsi ginjal yang buruk
Gagal ginjal
SarafKerusakan saraf karena glukosa tidak dimetabolisir secara normal dan karena aliran darah berkurang
  • Kelemahan tungkai yang terjadi secara tiba-tiba atau secara perlahan
  • Berkurangnya rasa, kesemutan dan nyeri di tangan dan kaki
  • Kerusakan saraf menahun
Sistem saraf otonomKerusakan pada saraf yang mengendalikan tekanan darah dan saluran pencernaanTekanan darah yang naik-turun 
  • Kesulitan menelan dan perubahan fungsi pencernaan disertai serangan diare
KulitBerkurangnya aliran darah ke kulit dan hilangnya rasa yang menyebabkan cedera berulang
  • Luka, infeksi dalam (ulkus diabetikum)
  • Penyembuhan luka yang buruk
DarahGangguan fungsi sel darah putihMudah terkena infeksi, terutama infeksi saluran kemih dan kulit
Jaringan ikatGluka tidak dimetabolisir secara normal sehingga jaringan menebal atau berkontraksi
  • Sindroma terowongan karpal Kontraktur Dupuytren




DIAGNOSA
Diagnosis diabetes ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya (polidipsi, polifagi, poliuri) dan hasil pemeriksaan darah yang menunjukkan kadar gula darah yang tinggi.


Untuk mengukur kadar gula darah, contoh darah biasanya diambil setelah penderita berpuasa selama 8 jam atau bisa juga diambil setelah makan. Pada usia di atas 65 tahun, paling baik jika pemeriksaan dilakukan setelah berpuasa karena setelah makan, usia lanjut memiliki peningkatan gula darah yang lebih tinggi.


Pemeriksaan darah lainnya yang bisa dilakukan adalah tes toleransi glukosa. Tes ini dilakukan pada keadaan tertentu, misalnya pada wanita hamil. Penderita berpuasa dan contoh darahnya diambil untuk mengukur kadar gula darah puasa. Lalu penderita meminum larutan khusus yang mengandung sejumlah glukosa dan 2-3 jam kemudian contoh darah diambil lagi untuk diperiksa.




PENGOBATAN
Tujuan utama dari pengobatan diabetes adalah untuk mempertahankan kadar gula darah dalam kisaran yang normal. Kadar gula darah yang benar-benar normal sulit untuk dipertahankan, tetapi semakin mendekati kisaran yang normal, maka kemungkinan terjadinya komplikasi sementara maupun jangka panjang adalah semakin berkurang.


Pengobatan diabetes meliputi pengendalian berat badan, olahraga, dan diet. Seseorang yang obesitas yang menderita diabetes tipe II tidak akan memerlukan pengobatan jika mereka menurunkan berat badannya dan berolahraga secara teratur. Tetapi kebanyakan penderita merasa kesulitan menurunkan berat badan dan melakukan olahraga yang teratur. Karena itu biasanya diberikan terapi sulih insulin atau obat hipoglikemik per-oral.


Pengaturan diet sangat penting. Biasanya penderita tidak boleh terlalu banyak makan makanan manis dan harus makan dalam jadwal yang teratur. Penderita diabetes cenderung memiliki kadar kolesterol yang tinggi, karena itu dianjurkan untuk membatasi jumlah lemak jenuh dalam makanannya. Tetapi cara terbaik untuk menurunkan kadar kolesterol adalah mengontrol kadar gula darah dan berat badan.


Semua penderita hendaknya memahami bagaimana menjalani diet dan olahraga untuk mengontrol penyakitnya. Mereka harus memahami bagaimana cara menghindari terjadinya komplikasi. Mereka juga harus memberikan perhatian khusus terhadap infeksi kaki dan kukunya harus dipotong secara teratur. Penting untuk memeriksakan matanya supaya bisa diketahui perubahan yang terjadi pada pembuluh darah di mata.




Terapi sulih insulin
Pada diabetes tipe I, pankreas tidak dapat menghasilkan insulin sehingga harus diberikan insulin pengganti. Pemberian insulin hanya dapat dilakukan melalui suntikan, insulin dihancurkan di dalam lambung sehingga tidak dapat diberikan per-oral (ditelan). Bentuk insulin yang baru (semprot hidung) sedang dalam penelitian. Pada saat ini, bentuk insulin yang baru ini belum dapat bekerja dengan baik karena laju penyerapannya yang berbeda menimbulkan masalah dalam penentuan dosisnya.


Insulin disuntikkan di bawah kulit ke dalam lapisan lemak, biasanya di lengan, paha atau dinding perut. Digunakan jarum yang sangat kecil agar tidak terasa terlalu nyeri.


Insulin terdapat dalam 3 bentuk dasar, masing-masing memiliki kecepatan dan lama kerja yang berbeda:
  1. Insulin kerja cepat.
    Contohnya adalah insulin reguler yang bekerja paling cepat dan paling sebentar. Insulin ini seringkali mulai menurunkan kadar gula dalam waktu 20 menit, mencapai puncaknya dalam waktu 2-4 jam dan bekerja selama 6-8 jam.
    Insulin kerja cepat seringkali digunakan oleh penderita yang menjalani beberapa kali suntikan setiap harinya dan disutikkan 15-20 menit sebelum makan.
  2. Insulin kerja sedang.
    Contohnya adalah insulin suspensi seng atau suspensi insulin isofan. Mulai bekerja dalam waktu 1-3 jam, mencapai puncak maksimun dalam waktu 6-10 jam dan bekerja selama 18-26 jam. Insulin ini bisa disuntikkan pada pagi hari untuk memenuhi kebutuhan selama sehari dan dapat disuntikkan pada malam hari untuk memenuhi kebutuhan sepanjang malam.
  3. Insulin kerja lama.
    Contohnya adalah insulin suspensi seng yang telah dikembangkan. Efeknya baru timbul setelah 6 jam dan bekerja selama 28-36 jam.
Sediaan insulin stabil dalam suhu ruangan selama berbulan-bulan sehingga bisa dibawa kemana-mana.


Pemilihan insulin yang akan digunakan tergantung kepada:
  • Keinginan penderita untuk mengontrol diabetesnya,
  • Keinginan penderita untuk memantau kadar gula darah dan menyesuaikan dosisnya,
  • Aktivitas harian penderita,
  • Kecekatan penderita dalam mempelajari dan memahami penyakitnya, dan
  • Kestabilan kadar gula darah sepanjang hari dan dari hari ke hari.
Sediaan yang paling mudah digunakan adalah suntikan sehari sekali dari insulin kerja sedang. Tetapi sediaan ini memberikan kontrol gula darah yang paling minimal. Kontrol yang lebih ketat bisa diperoleh dengan menggabungkan 2 jenis insulin, yaitu insulin kerja cepat dan insulin kerja sedang. Suntikan kedua diberikan pada saat makan malam atau ketika hendak tidur malam.


Kontrol yang paling ketat diperoleh dengan menyuntikkan insulin kerja cepat dan insulin kerja sedang pada pagi dan malam hari disertai suntikan insulin kerja cepat tambahan pada siang hari.


Beberapa penderita usia lanjut memerlukan sejumlah insulin yang sama setiap harinya; penderita lainnya perlu menyesuaikan dosis insulinnya tergantung kepada makanan, olahraga, dan pola kadar gula darahnya. Kebutuhan akan insulin bervariasi sesuai dengan perubahan dalam makanan dan olah raga.


Beberapa penderita mengalami resistensi terhadap insulin. Insulin tidak sepenuhnya sama dengan insulin yang dihasilkan oleh tubuh, karena itu tubuh bisa membentuk antibodi terhadap insulin pengganti. Antibodi ini mempengaruhi aktivitas insulin sehingga penderita dengan resistansi terhadap insulin harus meningkatkan dosisnya.


Penyuntikan insulin dapat mempengaruhi kulit dan jaringan di bawahnya pada tempat suntikan. Kadang terjadi reaksi alergi yang menyebabkan nyeri dan rasa terbakar, diikuti kemerahan, gatal, dan pembengkakan, di sekitar tempat penyuntikan selama beberapa jam. Suntikan sering menyebabkan terbentuknya endapan lemak (sehingga kulit tampak berbenjol-benjol) atau merusak lemak (sehingga kulit berlekuk-lekuk). Komplikasi tersebut bisa dicegah dengan cara mengganti tempat penyuntikan dan mengganti jenis insulin. Pada pemakaian insulin manusia sintetis jarang terjadi resistensi dan alergi.




Obat-obat hipoglikemik per-oral
Golongan sulfonilurea seringkali dapat menurunkan kadar gula darah secara adekuat pada penderita diabetes tipe II, tetapi tidak efektif pada diabetes tipe I. Contohnya adalah; glipizid, gliburid, tolbutamid, dan klorpropamid. Obat ini menurunkan kadar gula darah dengan cara merangsang pelepasan insulin oleh pankreas dan meningkatkan efektivitasnya.


Obat lainnya, yaitu metformin, tidak mempengaruhi pelepasan insulin tetapi meningkatkan respon tubuh terhadap insulinnya sendiri. Akarbos bekerja dengan cara menunda penyerapan glukosa di dalam usus.


Obat hipoglikemik per-oral biasanya diberikan pada penderita diabetes tipe II jika diet dan olahraga gagal menurunkan kadar gula darah secara adekuat. Obat ini kadang bisa diberikan hanya satu kali (pagi hari), meskipun beberapa penderita memerlukan 2-3 kali pemberian. Jika obat hipoglikemik per-oral tidak dapat mengontrol kadar gula darah dengan baik, mungkin perlu diberikan suntikan insulin.




Pemantauan pengobatan
Pemantauan kadar gula darah merupakan bagian yang penting dari pengobatan diabetes. Adanya glukosa bisa diketahui dari air kemih; tetap pemerisaan air kemih bukan merupakan cara yang baik untuk memantau pengobatan atau menyesuaikan dosis pengobatan. Saat ini kadar gula darah dapat diukur sendiri dengan mudah oleh penderita di rumah.


Penderita diabetes harus mencatat kadar gula darah mereka dan melaporkannya kepada dokter agar dosis insulin atau obat hipoglikemiknya dapat disesuaikan.




Mengatasi komplikasi
Insulin maupun obat hipoglikemik per-oral bisa terlalu banyak menurunkan kadar gula darah sehingga terjadi hipoglikemia. Hipoglikemia juga bisa terjadi jika penderita kurang makan atau tidak makan pada waktunya atau melakukan olah raga yang terlalu berat tanpa makan.


Jika kadar gula darah terlalu rendah, organ pertama yang terkena pengaruhnya adalah otak. Untuk melindungi otak, tubuh segera mulai membuat glukosa dari glikogen yang tersimpan di hati. Proses ini melibatkan pelepasan epinefrin (adrenalin), yang cenderung menyebabkan rasa lapar, kecemasan, meningkatnya kesiagaan, dan gemetaran. Berkurangnya kadar glukosa darah ke otak bisa menyebabkan sakit kepala.


Hipoglikemia harus segera diatasi karena dalam beberapa menit bisa menjadi berat, menyebabkan koma dan kadang cedera otak menetap. Jika terdapat tanda hipoglikemia, penderita harus segera makan gula. Karena itu penderita diabetes harus selalu membawa permen, gula, atau tablet glukosa, untuk menghadapi serangan hipoglikemia. Atau penderita segera minum segelas susu, air gula atau jus buah, sepotong kue, buah-buahan, atau makanan manis lainnya.


Penderita diabetes tipe I harus selalu membawa glukagon, yang bisa disuntikkan jika mereka tidak dapat memakan makanan yang mengandung gula.


Gejala-gejala dari kadar gula darah rendah:
  • Rasa lapar yang timbul secara tiba-tiba
  • Sakit kepala
  • Kecemasan yang timbul secara tiba-tiba
  • Badan gemetaran
  • Berkeringat
  • Bingung
  • Penurunan kesadaran, koma.
Ketoasidosis diabetikum merupakan suatu keadaan darurat. Tanpa pengobatan yang tepat dan cepat, bisa terjadi koma dan kematian.


Penderita harus dirawat di unit perawatan intensif. Diberikan sejumlah besar cairan intravena dan elektrolit (natrium, kalium, klorida, fosfat) untuk menggantikan yang hilang melalui air kemih yang berlebihan.


Insulin diberikan melalui intravena sehingga bisa bekerja dengan segera dan dosisnya disesuaikan. Kadar glukosa, keton, dan elektrolit darah, diukur setiap beberapa jam, sehingga pengobatan yang diberikan bisa disesuaikan. Contoh darah arteri diambil untuk mengetahui keasamannya. Pengendalian kadar gula darah dan penggantian elektrolit biasanya bisa mengembalikan keseimbangan asam basa, tetapi kadang perlu diberikan pengobatan tambahan untuk mengoreksi keasaman darah.


Pengobatan untuk koma hiperglikemik-hiperosmolar non-ketotik sama dengan pengobatan untuk ketoasidosis diabetikum. Diberikan cairan dan elektrolit pengganti. Kadar gula darah harus dikembalikan secara bertahap untuk mencegah perpindahan cairan ke dalam otak. Kadar gula darah cenderung lebih mudah dikontrol dan keasaman darahnya tidak terlalu berat.


Jika kadar gula darah tidak terkontrol, sebagian besar komplikasi jangka panjang berkembang secara progresif. Retinopati diabetik dapat diobati secara langsung dengan pembedahan laser untuk menyumbat kebocoran pembuluh darah mata sehingga bisa mencegah kerusakan retina yang menetap. Terapi laser dini bisa membantu mencegah atau memperlambat hilangnya penglihatan.